Rabu, 30 Desember 2009

Rabu, 30/12/2009

Saya mau pindah. Saya tidak suka pindah karena repot. Tapi saya harus pindah karena akhir bulan ini kos saya sudah habis. Saya harus membongkar kamar dan memilih mana barang-barang yang layak dibawa pulang ke Medan dan mana yang harus ditinggalkan. Dari sekian banyak barang-barang tersebut yang paling merepotkan adalah buku bacaan karena memakan tempat dan sangat berat kalu harus dibawa-bawa. Setelah melakukan penyortiran secara instan dan kasar, saya memisahkan bahan-bahan bacaan ini kedalam dua kelompok, yaitu kelompok dibuang atau dilungsur, dan kelompok dikirim ke Medan lewat paket.

Kelompok dibuang atau dilungsur adalah semua buku-buku yang membosankan, majalah, koran, dan bahan-bahan kuliah termasuk; fotokopian buku literatur, fotokopian dari dosen baik berbentuk makalah atau masalah, paper-paper kuliah, dan buku catatan yang hampir tidak pernah dipakai. Ketetapan ini bersifat definitif.

Kelompok kedua yaitu dikirim lewat paket adalah buku-buku yang menurut saya layak untuk dibaca ulang, atau baru sebagian dibaca, atau belum pernah dibaca. Termasuk dalam kelompok ini ada 27 buku. Ke-27 buku ini adalah (dalam urutan acak):
  1. Akuntansi Biaya. Dipakai di semester 7, dibaca hanya menjelang ujian. Tapi saya rasa suatu saat berguna dalam pekerjaan saya.
  2. The Secret. Buku yang digembar-gemborkan Oprah, isinya mengenai hukuman tarik menarik antara pikiran dan hal di sekeliling kita. Doesn't work with me.
  3. The Famished Road. Beli di Pameran Buku Jakarta, fiksi tentang dunia roh, belum pernah dibaca.
  4. Breakfast at Tiffany's. Fiksi tentang kisah hidup Holly Golightly, sudah pernah difilmkan waktu ibu saya masih perawan, dan sangat terkenal. Filmnya, bukan ibu saya.
  5. The Starbucks Experience. Salah satu tugas kuliah untuk membuat resume buku apa saja mengenai strategi manajemen suatu perusahaan. Saya akan terlihat keren berada di atas TransJakarta sambil memegang buku ini, orang-orang akan berpikir "Dia pasti sering ngopi di Starbucks. Mungkin eksekutif muda yang kantornya di Sudirman -Thamrin atau Kuningan. Keren banget, aku mau jadi pacarnya "
  6. Macroeconomics. Referensi skripsi.
  7. My Name is Red (I'm a super boring book). Karangan Orhan Pamuk. Baru selesai dibaca setelah dua bulan lebih, itu pun bacanya lompat-lompat. Halamannya, bukan saya.
  8. Akuntansi Keuangan Menengah. Alasannya hampir sama dengan nomer satu. Juga bisa dijadikan bantal, kalau mau.
  9. Akuntansi Internasional. Beli di Pameran Buku Jakarta. Belum pernah dibaca.
  10. Al-Quran dan Terjemahannya. Bukti kalau agama saya Islam, selain KTP.
  11. Bumi Manusia. Bagian pertama dari Tetralogi Buru buah karya Pramoedya Ananta Toer. Fiksi tentang Nyai Ontosoroh dan Minke yang hidup di awal abad 20, masa penjajahan Belanda. Salah satu buku favorit saya.
  12. 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif. Kenyataannya saya sudah tidak remaja lagi dan tidak efektif.
  13. 5 cm. Buku sejuta umat. Bahkan yang tidak hobi baca juga membeli buku ini jadi ketika ditanya temannya, "Udah baca 5cm, bro?", dia bisa jawab "Gila man, ceritanya keren. Karakter Genta itu gw banget!".
  14. Tip Membuat Foto Indah dan Menarik. Bermanfaat untuk yang suka foto-foto. Ralat, bermanfaat untuk yang suka memotret. Tentang pengetahuan dasar fotografi secara umum.
  15. Honeymoon with My Brother. Hadiah dari teman. Seorang pria ditinggalkan mempelai wanitanya sesaat sebelum upacara perkawinan. Dia patah hati dan memutuskan untuk keliling dunia bersama adiknya.
  16. La Tahzan. Jangan bersedih. Lumayan bagus, tapi jarang saya baca. Intinya, kita tidak boleh bersedih karena semua sudah diatur yang di Atas.
  17. The Power of Public Speaking. Berisi tips-tips untuk berbicara di depan umum. Saya beli karena kuliah harus sering melakukan presentasi di depan kelas. Sayangnya tidak manjur pada diri saya.
  18. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Referensi skripsi.
  19. Analisis Investasi. Referensi skripsi.
  20. Manajemen Strategis. Alasannya hampir sama dengan nomer satu. Juga bisa dijadikan bantal, tapi terlalu tebal untuk dijadikan pengganjal meja.
  21. Lolita. Tentang seorang penderita pedofilia, profesor Humbert-Humbert, yang jatuh cinta kepada gadis kecil bernama Lolita. Belum selesai dibaca.
  22. Al Quran. Bukti kalau saya Islam. Dewasa ini kita butuh banyak pembuktian, kalau tidak akibatnya fatal. Lihat George Aditjondro versus SBY.
  23. Oliver Twist. Novel klasik karya Charles Dickens. Tentang Oliver Twist. Bukan Olga Syahputra.
  24. Moby Dick. Novel klasik karya Herman Melville, tentang perburuan ikan paus. Baru beberapa halaman awal yang sempat saya baca.
  25. The Air Asia Story. Beli di Pesta Buku Jakarta. Tentang duka penumpang Air Asia yang pesawatnya sering terlambat berjam-jam. Tapi kalau penumpangnya yang terlambat ,lima menit saja, tiketnya hangus. Bohong deng, buku ini tentang kisah sukses Air Asia sebagai maskapai tersukses di Asia. Belum dibaca.
  26. Quantum Ikhlas. hadiah dari teman, mirip-mirip The Secret. Tidak ada hubungannya dengan Hukum Mekanika Quantum.
  27. 3 Undang Undang Bidang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Males banget.
Ketetapan ini bersifat nominatif, yang berarti jika mood saya berubah, sebagian atau seluruh buku ini dapat di masukan ke kelompok pertama.

Senin, 28 Desember 2009

Senin, 28/12/2009

Hari ini sabtu dan saya sedang berada di taksi menuju Blok M bertemu teman SMU, M dan I. I akan kembali ke Medan karena mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik di sana, saya juga akan meninggalkan Jakarta, jadi ini seperti perpisahan buat kami bertiga. Dulu kami sering jalan berempat dengan teman saya yang satu lagi, S. Tapi S awal tahun ini menikah dan ikut suaminya ke Lampung.

Saya datangnya telat. M dan I sudah datang setengah jam yang lalu. M datang bersama pacar barunya N. Mereka pasangan yang serasi. I datang dengan berita bahwa dia baru jadian dengan seorang teman lama. Kemudian kami mengobrol mengingat-ingat kenangan masa SMU.

Kemudian saya bertanya pada M dan N kapan akan menikah, mereka bilang tunggu saja tahun depan. Kemudian saya bertanya pada I kapan akan menikah, dia bilang pacar yang satu ini serius dalam masa penjajakan. Kemudian saya bertanya kepada M dan I kenapa tidak bertanya balik ke saya, mereka bilang tidak perlu karena toh saya jomblo. Kemudian saya tersadar bahwa setelah sekian lama kami berteman, tinggal saya yang masih tetap jomblo.

Jam 15.30 kami ke D'Cost Kemang untuk makan sore. Satu jam kemudian kami karaoke di daerah Wijaya. Tapi sebelum karaoke kami foto-foto dulu. Selesai karaoke kami pulang.

I dengan latar dinding ruang karaoke yang mirip dengan latar poto studio jaman dulu


Saya berusaha mengekspresikan perasaan seorang jomblo ketika melihat orang pacaran, N dan M.


Di mobil kami membicarakan tentang rencana-rencana kami di masa depan. M yang merupakan ajudan seorang jenderal tahun depan akan melanjutkan pendidikannya lagi. I akan menduduki posisinya yang baru di Medan, dengan jabatan dan penghasilan yang lebih tinggi. S yang pindah ke Lampung kabar terakhirnya sedang hamil, atau mungkin sekarang sudah melahirkan, menjadi ibu rumah tangga yang baik. Saya sendiri akan mulai bekerja lagi, berusaha menempuh karir sebagai pegawai negeri. Mungkin kami baru bisa berkumpul bersama lagi setahun lagi, atau dua tahun lagi, atau lima tahun lagi, atau tidak sama sekali. Tapi saya yakin bahwa kami akan jadi orang sukses.

Jumat, 25 Desember 2009

Terjun

Saya sedang berada di eskalator Grand Indonesia lantai 5, melihat ke bawah sambil bergidik. "Di sini TKP yang jatuh minggu lalu", kata teman saya. Korban, seorang gadis remaja sedang berfoto di eskalator maut tersebut dan tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terjun dari lantai lima. Katanya lagi, korban sedang berobat di Jakarta, aslinya dari Palembang. Saya tidak tahu apa penyakitnya, tapi ironis sekali karena dia justru meninggal di Jakarta. Lima jam kemudian seorang pria tewas setelah loncat dari lantai 5 Senayan City.

Belakangan ini ada beberapa berita mengenaskan korban bunuh diri yang menjatuhkan diri dari ketinggian. Saya membayangkan apa yang mereka pikirkan ketika tubuhnya melayang melewati lantai demi lantai. Apakah mereka mengalami slow motion seperti yang saya lihat di film? Mungkin mereka mengalami flash back kehidupan mereka, mengingat kejadian-kejadian menyenangkan yang pernah dialami, keluarga, dan orang-orang terdekat. Mungkin juga mereka menyesal mengambil jalan pintas ini sedetik sebelum tubuhnya menghempas lantai.

Kehidupan di Jakarta memang berat. Kesenjangan sosial bisa dilihat di setiap sudut kota. Jurang ini sangat dalam seperti bumi dan langit. Bagi orang yang tidak kuat iman dan lemah, hal ini bisa menjadi salah satu faktor pemicu bunuh diri. Setiap kali saya mengunjungi mal-mal mewah itu kebahagiaan saya tersedot 90%, seperti dicium Dementor. Tips dari seorang teman, "kalau ke Pacific Place (Grand Indonesia, Senayan City, dan mal mewah lainnya) tutup matamu saat melewati lantai 1 dan 2, berjalanlah langsung ke food court atau bioskop". Sedangkan pesan dari saya adalah; Jangan berfoto di eskalator. Ingat itu baik-baik.

Jumat, 25/12/2009

Setelah bertarung menghadapi ujian komprehensif selama tiga hari, tubuh dan pikiran saya sangat lelah. Saya membutuhkan hiburan. Hari kamis saya mengajak beberapa teman untuk menonton Jiffest, tapi tidak ada yang bisa. Terpaksa saya nonton sendirian. Jadi dari kosan saya naik metromini ke Blok M, disambung dengan TransJakarta dan turun di halte Bunderan HI jam 18.30. Saya mengeluarkan kamera dan mengambil gambar lalu lintas di sekitar Bunderan HI. Saya ingin menangkap cahaya lampu-lampu Jakarta yang megah dan menyimpannya dalam koleksi foto saya.


Jam 19.00 saya menyudahi foto dan memasukkan kamera ke dalam tas. Saya berjalan melewati jembatan penyeberangan, menyaksikan mobil-mobil mewah di bawah, hotel-hotel mewah dan pusat perbelanjaan mewah di sekeliling saya, pengemis tua di atas jembatan, ratusan orang miskin yang hilir mudik, dan pedagang kaki lima yang berjualan demi sesuap nasi. Saya berjalan di antara kedua kontras ini mengabaikan mereka dan hanya memikirkan nilai ujian saya, foto-foto saya, dan JIFFEST. Saya berjalan ke Grand Indonesia.

Kemudian saya berada di Blitz. Saya terlambat untuk film yang diputar jam 19.00. Film berikutnya adalah yang jam 21.30 dan 22.00. Saya memilih Rabun jam 22.00 karena gratis. Karena filmnya masih dua jam lagi maka saya berkeliling Grand Indonesia. Kemudian saya tergoda sale akhir tahun di Sport Station dan membeli sepatu Airwalk seharga Rp 215.000.


Jam 22.00 film Rabun diputar. Film Rabun bercerita tentang pasangan suami istri yang memasuki masa tuanya, Pak Atan dan Mak Inom. Walaupun begitu hubungan mereka masih sangat mesra seperti orang pacaran dan penuh canda tawa. Pak Atan pensiun dan memutuskan agar mereka pindah dari kota ke kampung halamannya. Ternyata tinggal di kampung tidak seindah yang dibayangkan. Di balik kehidupan pedesaan yang tenang dan damai, tersimpan suatu kedengkian seorang tetangga pada mereka. Cerita pada film ini sangat sederhana, namun Rabun adalah salah satu film Malaysia terbaik yang pernah saya tonton.

Senin, 21 Desember 2009

Senin, 21/12/2009

Saya sedang membaca bahan Akuntansi Pemerintah ketika paket itu tiba. Kotak warna coklat itu saya buka dan mendapatkan lima parfum dalam bentuk vial yang dipesan dari internet. Saya memang sedang mencari parfum yang pas, yang tahan lama dan bisa digunakan siang atau malam.

Pertama kenal parfum waktu SMP, ketika kakak saya membeli Versace Red Jeans dan Blue Jeans. Belum pernah saya menghirup aroma sewangi itu. Parfum kedua yang saya coba adalah Kenzo. Sebenarnya ini punya sepupu, dia berikan pada saya. Baunya tidak biasa memang. Saya memakainya sabtu siang saat kegiatan ekskul di SMA. Bau parfum ini semerbak dan lumayan nonjok, saat panas terik berbaris di lapangan sekolah aromanya semakin kuat. Seperti wangi melon, nanas, dan bengkoang dicampur dengan kaos kaki basah. Menyengat.

Parfum ketiga kalau tidak salah namanya Fujiyama. Ini punya kakak saya, kadang-kadang pagi sebelum berangkat sekolah saya semprotkan ke badan. Wanginya segar, aroma jeruk yang ringan. Waktu itu saya kelas tiga SMA dan baru sadar ternyata parfum bisa menghipnotis beberapa cewek di kelas. Mereka memuji wangi saya, bahkan ada yang terus duduk di sebelah saya mencari-cari perhatian.

Selama kuliah justru saya tidak pernah memakai parfum. Maklum saja, sejak jadi anak kos untuk bisa makan sebulan saja sudah sukur. Paling saya pakai deodorant dan axe. Nah, setelah kerja baru saya mulai beli parfum sendiri. Yang pertama Benetton Sport, belinya di Pasar Rame, Medan. Katanya pasar ini memang menjual barang-barang selundupan dari luar makanya harganya miring. Entah benar atau tidak. Benetton ini awalnya sering saya pakai ke kantor waktu saya masih kerja di Sulawesi Tengah. Wanginya segar, sayang tidak tahan lama.

Kemudian saya beli Versace Blue Jeans yang dulu sering dipakai kakak. Saya suka baunya, seperti membuka sekaleng soft drink yang berisi racikan buah-buahan dan bunga. Sering saya pakai ke kantor. Tapi saya orangnya pembosan, akhirnya parfum ini jarang saya pakai dan sampai sekarang masih ada sisanya sedikit.



Kemudian tahun 2008 lalu saya kuliah lagi di Jakarta. Mulai sering main ke mal, akhirnya mencoba masuk ke C&F Perfumery. Sedikit terkejut melihat harga parfum-parfum terkenal yang harganya gila-gilaan. Soalnya parfum ini termasuk barang yang dikenakan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) yang tarifnya bisa sampai 100 %. Satu botol parfum bisa menghabiskan setengah bulan gaji. Belum lagi SPG yang sangat agresif menawarkan parfumnya. Supaya tidak malu saya membeli satu parfum, merknya Honour. Harganya kalau tidak salah Rp 180.000. Waktu di semprot di kertas wanginya lumayan enak. Tapi setelah di rumah saya semprot ke badan kok baunya kayak parfum om-om dan tidak tahan lama. Mungkin tidak cocok dengan badan saya. Sangat jarang saya pakai, isi botolnya sekarang masih lebih dari separuh.


Yang terakhir saya beli adalah Acqua di Gio, harganya Rp 400.000. Beli dari teman yang katanya punya kenalan yang jualan parfum dengan harga miring. Bandingkan kalau beli di C&F harganya bisa Rp 600.000 lebih. Saat pertama disemprot baunya memang sama dengan yang pernah saya coba di C&F, seperti berdiri di pinggir pantai menghirup angin laut dan aroma bunga-bunga tropis. Tapi tidak sampai sejam aromanya hilang. Saya tidak tahu apakah karena kulit saya kering sehingga parfum tidak melekat di kulit, tetapi saya curiga parfum ini bajakan. Kesal sekali rasanya mengeluarkan duit banyak hanya untuk barang bajakan. Akhirnya saya kasih sepupu.

Akhir-akhir ini muncul kembali niat untuk membeli parfum. Setelah browsing internet saya menemukan beberapa parfum yang kalau dilihat dari beberapa review, mungkin wanginya cocok buat saya. Saya memesan lima buah vial atau tester mini dari sebuah situs. Empat hari kemudian paket itu sampai, langsung saya buka. Isinya; Fuel for Life wanginya tahan lama, tapi terlalu manis seperti buah ceri di atas kue tar. Kenneth Cole Black wanginya menurut saya pas, ada citrusnya, ada buahnya, ada rempahnya. Jean Paul Galtier Le Male wanginya sedikit aneh, tapi dari review internet katanya bisa bikin wanita merasa lemah dan jatuh ke pelukan kita. Vesace eau Fraiche dan Calvin Klein Man wanginya hampir serupa, aroma citrus dengan kesegaran laut. Sepertinya yang Versace lebih cocok dipake siang sedangkan CK Man untuk makan malam romantis atau acara malam formal. Nah setelah mencoba kelima parfum tersebut saya jadi bingung sendiri mau pilih yang mana. Ada yang pernah mencoba kelima parfum di atas? Atau Anda punya saran lain untuk parfum yang tahan lama dan cocok untuk dipakai ke kantor, mohon sarannya.


PS: Tulisan ini dibuat dua minggu yang lalu. Kemarin lusa ketika ke Blok M Plaza saya melihat C&F sedang diskon up to 75%, dan setelah membaui beberapa parfumnya saya akhirnya membeli CK One 200ml seharga Rp 450.000.

Senin, 14 Desember 2009

Senin, 14/12/2009

Hari ini minggu dan saya masih di rumah sepupu di depok. Jam 14.00 saya bertemu Budi di depan Margo City, kemudian kami ke kampus UI melihat Jazz Goes To Campus (JGTC). Artis yang akan tampil antara lain; Twenty Firstnight, Andre Hehanusa, Ecoutez, Maliq & d’essentials, Olivia Ong, Syaharani, Balawan, dan lain-lain. Wah, pasti menyenangkan sekali bisa menikmati pertunjukan musik jazz yang diadakan setahun sekali ini. Kemudian saya dan Budi foto-foto sebagai bukti bahwa kami pernah datang ke JGTC.

Budi sebagai duta JGTC


Saya sebagai duta RCTI Oke

Oh, tidak, jam 15.00 hujan turun sampai malam. Jadi sementara artis-artis tersebut melakukan aksi-aksi fenomenal mereka di atas panggung, kami cuma bisa berteduh di dalam gedung kuliah. Rasanya seperti berada di tenda pengungsian. Selama beberapa jam tersebut saya dan Budi mengamati pengunjung yang lain satu per satu.

“Lihat, perempuan itu gemuk sekali”

“Oh, bukan. Itu kerbau”

Ada yang rambutnya mirip Giring Nidji”

“Tapi mukanya mirip vokalis Kangen Band”

Kemudian saya merasa bosan dan tertidur beberapa kali. Setelah itu saya mengambil beberapa foto sebagai bukti bahwa kami pernah menetap selama beberapa jam di tenda pengungsian.

Jam 20.30 hujan mulai berhenti tetapi Budi harus pulang karena sudah ditunggu ibunya. Mau tak mau saya juga harus pulang. Sayang sekali. Saya merasa sangat kecewa. Saya membuka Twitter dan menulis “Aku ga butuh jgtc. Nanti aku main gitar sndiri aja. Hati2 kau balawan, syaharani, maliq". Sampai di Lebak Bulus saya masih merasa marah dan stress karena tidak tahu kapan lagi saya bisa nonton JGTC, tahun depan belum tentu saya masih di jakarta. Untuk melampiaskan kekesalan ini saya memutuskan ke Carfur untuk belanja. Tapi Carfur sudah tutup, saya diusir satpamnya. Saya semakin stress. Kemudian saya melihat ada banyak lapak dvd bajakan, jadinya beli dvd saja. Judulnya “Lovers Guide Movie Collection” dan “The Ultimate Drama 10 in 1 Movie Collection”.

Tiba di kos pukul 23.00, saya menyalakan komputer dan memutar Lovers Guide Movie Collection. Jam 03.00 terbangun dan mendapati komputer sedang menonton saya. Kemudian saya mematikan komputer dan melanjutkan tidur.

Jumat, 04 Desember 2009

Jumat, 04/12/2009

Hari ini jumat dan hari raya idul adha. Jam 06.30 saya sholat ied di mesjid, beberapa saat kemudian kembali ke kos. Umat muslim di seluruh dunia merayakan hari ini dengan menyantap makanan-makanan lezat, sementara saya menikmati sup krim instan yang diseduh air panas. Jam 16.30 saya ke rumah sepupu di depok. Di sana saya makan udang goreng, ikan bakar, cumi-cumi, dan soto sapi. Keluarga sepupu saya sedang berkumpul, jadi kami makan sambil bercakap-cakap menanyakan kabar masing-masing.

Tante saya menanyakan hubungan saya dengan pramugari. Tante saya ini yang menjodohkan, lebih tepatnya mencomblangkan, saya dengan pramugari. Saya tidak suka pembicaraan ini, jadi saya jawab hubungan kami baik-baik saja. Padahal yang sebenarnya, hubungan saya dan pramugari adalah hubungan yang platonis, hampir tidak ada asmara. Kami kadang-kadang saling telepon dan berkirim sms. Dia adalah wanita sehat, berhati mulia, cukup menarik dan cantik, tetapi tidak membuat saya tertarik. Begitu juga saya pria sehat, bersahaja, cukup menarik dan tampan, tetapi tidak membuat dia tertarik. Kami tahu tidak ada harapan dalam hubungan ini. Suatu hari dia mengirim saya sms dengan bahasa alay,
“BeneRan qta dJoDoin? Q blM mW meRid, q Msh mW ceNang2 dgn teMaN2q”.
Setelah membacanya perut saya sedikit mual.

Hari sabtu saya bermain dengan anaknya sepupu. Chya masih 4 tahun dan sangat cerdas. Dia sering mengingatkan kakeknya agar tidak lupa sholat, “Kalo gak solat nanti opa mati tewus kubuwannya sempit. Nanti di newaka opa jadi tengkowak, matanya dimakan cacing, hiiii…”. Chya memperkenalkan saya dengan empat ekor kelincinya. Kelincinya ada dua pasang, namanya cika, ciripa, gesva, dan mola. Menurut saya nama kelincinya sangat aneh. Saya sarankan ganti saja dengan nama yang lebih Indonesia; Anwar, Johan, Ratih, dan Mayang. Tetapi ibunya protes karena nama-nama tersebut sangat manusiawi, bukan untuk kelinci. Saya jawab, sekarang tahun 2009 dunia semakin modern, tidak ada lagi pembatasan antara manusia dan hewan, termasuk dalam hal pemberian nama. Saya memperkuat argumen tersebut dengan meyebutkan beberapa artis yang memiliki nama hewani seperti Meican (macan?), Lady Gaga (makarel?), atau yang mengandung buah-buahan seperti Dewi Persik (persik?). Ibunya tetap berkeras bahwa mereka tidak pantas dijadikan rujukan.


Chya dengan latar belakang chiripa dan gesva

Malamnya saya dan teman, Budi, jalan-jalan ke Margo City. Kami duduk-duduk di Kafe Old House sambil mendengarkan live music. Saya memesan earl grey tea, Budi memesan ice cappucino dan sandwich. Kami mengobrol tentang JGTC yang akan diadakan di UI esok hari. Saya melihat pelayan menunjukkan sikap tubuh seperti ingin mengusir. Ternyata sudah pukul 24.00, kemudian kami pulang.

Senin, 30 November 2009

Senin, 30/11/2009

Hari sabtu dua minggu yang lalu saya dan beberapa teman mengadakan acara syukuran lulus sidang skripsi bersama dosen pembimbing (DP) kami. Pada siang itu saya mengenakan kemeja North Face warna hitam dan celana jeans Levi's warna biru. Saya terpaksa ikut karena kesepakatan iuran per anak 200.000 untuk acara makan-makan dan membelikan kenang-kenangan untuk sang DP, rugi kalau tidak ikut acara makan-makannya. Sebenarnya saya kurang setuju iuran sebesar itu.
  • Pertama, 200.000 itu tidak sedikit, kalau ditambah 24 juta bisa saya gunakan untuk beli motor Tiger baru.
  • Kedua, selama penyusunan skripsi sepertinya ibu DP ini tidak pernah membaca skripsi saya sehingga saya sendiri yang secara konstan melakukan revisi atas skripsi saya berulang-ulang, dia sendiri tidak pernah memberikan saran, kritik, koreksi, atau bimbingan terhadap materi skripsi.
  • Ketiga, sekalinya dia melakukan koreksi dan kritik dia melakukannya pada saat sidang skripsi dan membuat skripsi saya terlihat kurang baik di depan dosen penguji.
  • Keempat, saya tidak suka dikritik atau dikoreksi di depan orang.

Jam 13.30 saya dan beberapa teman segera berangkat ke Pacific Place dengan menggunakan taksi Ekspress. Kami menuju Kafe Batavia di lantai empat bertemu DP. Saya memesan soto betawi dan jus sirsak. Kemudian mereka makan sambil bercakap-cakap sementara saya makan sembari pura-pura tersenyum mendengar beberapa lelucon. Teman di sebelah kiri saya mengomentari warna behel saya yang berubah. Saya bilang, karet behel memang dapat diganti dua minggu sekali dan kita bisa memilih warna sendiri. Teman di sebelah kanan saya menyarankan kenapa tidak pakai warna pink saja. Saya bilang, warna pink terlalu imut tidak cocok untuk pria dewasa. Tiba-tiba sang DP mengkritik warna baju saya. Dia bilang, karena saya pakai kemeja hitam, kenapa tidak sekalian pakai celana warna hitam, kemudian pakailah behel warna pink, maka saya akan dicolek dan digemari kaum gay. Dia juga menceritakan pengalaman temannya yang mengenakan tanktop hitam dan hotpant hitam yang dicolek gay ketika sedang jogging di senayan. Kesimpulannya, pakaian dengan warna hitam-hitam adalah seragam kaum gay.

Kalimat yang dilontarkan sang DP membuat saya tersinggung.
  • Pertama, saya pakai kemeja hitam karena warna hitam itu telihat macho, berani sekali dia bilang itu warna gay.
  • Kedua, wajar saja kalau temannya dicolek gay saat memakai hotpant karena hotpant didesain untuk mencetak area selangkangan pria terlihat menonjol.
  • Ketiga, pria normal tidak akan memakai hotpant dan tanktop hitam saat jogging.
  • Keempat, saya tidak suka dikritik atau dikoreksi di depan orang.
Spontan tangan kanan mengambil jus sirsak di hadapan saya dan menyiramkan ke muka sang DP. Kemudian tangan kiri yang memegang garpu tajam saya hujamkan berulang kali ke mukanya. Tentu saja kejadian ini hanya terjadi di alam khayalan. Saat dikomentari sang DP saya hanya bisa tersipu malu.

Setelah makan siang, kami merasa kenyang. Jam 17.30 kami ke Plaza Semanggi untuk karaoke. Ternyata sudah maghrib, sebagai muslim yang taat kami solat magrib dulu di lantai tujuh. Dari ketinggian saya melihat pemandangan matahari perlahan terbenam di antara pohon-pohon beton Jakarta, warna sinarnya yang keemasan sangat menakjubkan. Cahaya mentari yang menyentuh wajah saya sekonyong-konyong menghilangkan seluruh pikiran-pikiran negatif dan memberikan energi baru pada tubuh saya.

Setelah menikmati detik-detik yang penuh keagungan tersebut, kami berjalan ke Inul Vista. Kemudian kami melakukan karaoke selama dua jam. Jam 21.00 kami memutuskan untuk pulang. Sampai dikosan saya ditagih lagi 50.000 karena ternyata iuran yang 200.000 untuk menutupi seluruh biaya hura-hura dan bingkisan kenang-kenangan untuk sang DP masih kurang. Kemudian saya membuka Facebook dan menghapus DP dari daftar teman saya.

Selasa, 24 November 2009

Rabu, 25/11/2009

Dari bulan Juli kemarin saya sempat berhenti menulis di sini selama empat bulan. Kemudian tiba-tiba saya menulis lagi pertengahan November ini. Apa saja yang saya lakukan selama empat bulan tersebut, Anda mungkin (tidak) bertanya-tanya. Pada serial TV Barat yang sering saya tonton (contohnya; Heroes, Lost) akan ada satu episode khusus untuk menyingkap misteri di masa lalu yang terjadi pada tokoh utamanya dalam bentuk kilas balik, yang dilengkapi dengan pelintiran (twist) mengapa karakter ini sekarang begini, atau kemana hilangnya karakter itu. Seperti serial TV tersebut, kilas balik kali ini akan dimulai dengan;

“Previously on… TransJakarta…”

(maaf, garing)

Jadi, bulan Juli kemarin saya pulang ke Medan. Banyak sekali perubahan yang terjadi di rumah. Ibu dan Bapak Alhamdulillah sehat walafiat. Nenek saya yang sakit sekarang pindah ke rumah kami supaya ibu saya lebih mudah merawatnya. Kakak saya pindah ke Pekanbaru ikut suaminya. Juga ada satu masalah sangat pelik yang dialami kakak saya yang satu lagi yang membuat kami sekeluarga stress. Skip skip. Bertemu kembali dengan beberapa teman SMA, cinta lama bersemi kembali? Skandal bank century mulai hangat. Skip skip. Mengumpulkan bahan-bahan skripsi.

Kemudian saya kembali ke Jakarta. Bolak-balik ke perpustakaan UI depok. Skip skip Demostrasi mahasiswa meminta Sri Mulyani turun dari jabatannya. Gus Dur terpilih kembali sebagai presiden Indonesia dan Rhoma Irama sebagai wakilnya (di dunia paralel). Skip skip. Skripsi saya mandeg. skip skip. Terdengar desas desus bahwa saya akan dijodohkan dengan seorang pramugari. Skip skip. Memasuki bulan puasa. Skripsi mulai mengalami kemajuan. Dicuekin dosen pembimbing, sesajennya kurang.

Kemudian saya pulang ke Medan. Lebaran pertama salam-salaman, foto-foto (foto-foto?), makan-makan. Lebaran kedua salam-salaman, “kapan kawin?” “kapan kawin?”, “udah sering!”. Lebaran ketiga saya kembali ke Jakarta. Pramugari Garuda tua-tua dan judes!

Skripsi selesai. Dikenalkan dengan pramugari, sayang dia alay. Skip skip. Mulai rajin twitteran. Rumah tangga Dewi Persik dan Aldi Taher di ujung tanduk. Skip skip. Sidang skripsi. Dosen pembimbing memberikan pertanyaan yang tidak disangka-sangka, ingin saya tampar mulutnya. Alhamdulillah, lulus. Skip skip. Pengangguran terselubung. Cicak lawan buaya? Skip skip. Mulai kehilangan orientasi. Skip skip. Ah semuanya menjadi kabur, aktivasi autopilot mode.

Kemudian saya terbangun, malamnya saya akan menonton konser Netral.

Minggu, 22 November 2009

Sabtu, 14/11/09

Hari ini saya bangun siang, kemudian makan siang, kemudian tidur siang. Tiba-tiba sudah sore, jadi saya mandi sore. Malamnya Siska mengajak saya dan teman-teman (termasuk Roid sang PNS Sexy) bergembira ria di belantara Jakarta. Bergembira ria di sini artinya berkaraoke. Jadi saya memakai celana korduroy MLB warna krem, Kemeja Volcom warna merah muda, dan sendal gunung Teva. Siska memakai celana jeans biru yang lututnya bolong, kemeja ibu-ibu wana biru kotak-kotak, tapi katanya itu warna hijau, konfirmasi bahwa saya buta warna. Teman-teman yang lain juga pakai baju dan celana, tapi saya lupa detilnya.

Dengan taksi Ekspress kami meluncur menuju Jalan Jaksa, untuk makan malam di rumah makan Malaysia. Saya memesan nasi briyani ayam madu. Rasanya enak, tetapi porsinya kurang banyak. Teman-teman yang lain juga ikut makan, tapi saya tidak ingat mereka makan apa. Setelah makanan habis kami tidak tahu mau ngobrol apa karena kami semuanya pendiam. Jadi kami pura-pura nonton bola pada layar besar yang disediakan rumah makan Malaysia. Untunglah Roid punya ide untuk memecah kegaringan itu, dia bilang “Hey, kenapa tidak main Uno saja”. Kemudian kami main Uno. Setelah main Uno kami foto-foto.

Siska, Roid, dan teman-teman


Selesai makan kami jalan ke Sarinah, tujuannya adalah karaoke di Inul Vista. Ternyata ruangannya penuh semua, jadi kami harus menunggu lebih kurang dua jam. Selama menunggu itu kami tidak tahu harus ngobrol apa karena kami semua pendiam. Jadi saya pura-pura smsan. Teman-teman yang lain juga pura-pura melakukan sesuatu, tapi saya tidak ingat mereka melakukan apa. Untunglah Roid punya ide untuk memecah kegaringan itu, dia bilang “Hey, kenapa tidak main Uno saja”. Kemudian kami main Uno. Setelah main Uno kami foto-foto.

Siska menggelayut manja dengan suami orang


Selesai foto-foto kami pulang.

Nggak ding, setelah beberapa lama menunggu, akhirnya kami karaoke juga. Wow, teman-teman saya antusias sekali memegang mik. Oh, ternyata mereka menghemat energinya seharian demi memperebutkan benda hitam bulat lonjong tersebut , pantas saja tadi mereka semua pendiam. Setelah dua jam berkaraoke, saya melihat jam tangan, ternyata sudah jam 1.30 malam. Jadi kami semua pulang ke rumah masing-masing dengan hati senang.

Sabtu, 14 November 2009

Jumat, 13/11/09

Hari Kamis saya berencana menemui seorang dosen di daerah Rawamangun, untuk meminta tandatangan skripsi. Jadi paginya saya ke kampus mencari nomer telepon dosen tersebut. Tetapi nomernya tidak bisa dihubungi dan sms saya tidak ada reportnya. Saya mau nekat saja langsung ke Rawamangun menemui beliau, tetapi hujan turun. Jadinya saya tidur siang saja.

Sorenya saya ditelepon Regar memastikan saya datang ke FX. Beberapa hari sebelumnya dia meminta ditemani nonton konser Netral di FX. Jam 5.30 saya sudah siap berangkat, tetapi sepertinya kecepatan. Jadinya saya potong rambut dulu. Saya telpon Regar katanya masih di jalan, macet. Saya tanya nanti makan dimana, dia bilang sudah makan duluan, bagus. Jadinya saya makan di KFC Blok M sendirian. Agak tidak nyaman memang kalau makan di tempat umum sendirian, sepertinya mata orang-orang itu menganggap kita tidak laku atau tidak punya teman. Jadi saya lihatin balik saja mereka, dan memberikan senyum termanis saya. Mudah-mudahan tidak ada saos atau daging yang nyelip di gigi.

Saya sampai di depan FX jam 8.10, menggunakan transjakarta pastinya. Ternyata Regar juga baru sampai. Dia bilang baru pertama ini ke FX dan terkagum dengan kemewahannya. Saya bilang jangan bertingkah yang norak-norak atau saya pulang. Perlu saya beritahu Regar ini adalah perempuan, dan fakta bahwa saya lebih sering ke FX daripada dia membuat saya malu. Tapi Regar memang bukan tipe wanita yang suka belanja atau main di mall. Dia lebih suka menabung dan menghabiskannya dengan bertualang ke alam liar. Demi Tuhan, artis favoritnya saja Netral. Kemudian Regar bertanya siapa artis Indonesia favorit saya. Sebenarnya saya juga penggemar band-band Indonesia, tapi saat itu saya seperti blank, yang teringat di kepala cuma Rossa, Kangen Band, sama Wali. Sekali lagi Regar berhasil membuat saya tersipu malu.

Anyway, acara konsernya diadakan di lantai 6 di FX Lounge yang diberi nama Plug and Play. Artis pertama yang tampil adalah Kamaya alias Maya Idol 2008. Mungkin karena sudah ada artis lain yang pakai nama Maya, dan karena dia dari Medan maka dia ganti nama jadi Kamaya, karena saya dengar presenternya menyebutnya lebih ke Kak Maya. Kalau dari Jawa pasti namanya jadi Mbokmaya.


Penampilan berikutnya adalah The Gribs. Band ini seluruh personilnya mempunyai rambut yang panjangnya sepantat (jangan dibalik!). Tetapi jangan salah, mereka lelaki tulen yang mengusung musik rock and roll semacam Guns N Roses. The Gribs membawakan tiga buah lagu yang salah satunya berjudul Sinetron Indonesia.

Penampilan ketiga adalah G-String, girlband yang beranggotakan lima orang. Kalau menurut anda nama grup mereka aneh, coba dengar nama-nama personilnya; Noni, Sakei, Araki, Kahlui , Jekdi. Saya sangat yakin orangtua mereka kerja di bar.



Selanjutnya Tipe-X menggoyang FX Lounge dengan puluhan fansnya yang entah dari mana tiba-tiba saja muncul lengkap dengan kostum ska dan berpogo ria. Katanya Tipe-X akan merilis album barunya bulan depan.


Penampilan terakhir yang paling ditunggu-tunggu tentu saja adalah Netral. Yang pasti sangat memuaskan, Regar bilang dia sangat berapi-api, entah apa maksudnya. Netral membawakan empat buah lagu. Setelah mereka turung panggung, Regar minta foto bareng Bagus, Eno, sama Coki. Ternyata Regar juga sudah bawa CD Netral dan meminta tandatangan mereka di sampul albumnya.


Senyum sumringah menghiasi wajah Regar. Dia minta ditemani lagi nonton Efek Rumah Kaca bulan depan. Saya bilang insya Allah.

Anyway, setelah tiba di kosan saya berkaca sebentar melihat rambut saya. Astaga, saya mulai botak, mengapa ini terjadi? Coba lihat foto dibawah (dan tolong abaikan seprai Winny the Pooh dan kulit muka yang berminyak), pelipis kiri dan kanan saya semakin menjorok ke dalam dan jidat saya semakin lebar. Bagaimana cara mengobatinya? Padahal saya masih 25 tahun.


Kamis, 16 Juli 2009

Kamis, 16/07/09

Hari Minggu saya bangun pukul 9.00. Menghidupkan komputer dan menyaksikan The Apprentice Celebrity musim kedua. Tiba-tiba sudah jam 2, saya keluar sebentar cari makan. Kemudian jam 4 teman saya Riski mengajak jalan ke Pekan Raya Jakarta.

Ternyata PRJ sudah disesaki makhluk modern yang bernama manusia-manusia ibukota. Terlintas di kepala seandainya PRJ dibom maka populasi Jakarta akan berkurang 50%. Saya rasa ini merupakan solusi efektif mengatasi jumlah penduduk ibukota yang sudah membengkak. Memang dibutuhkan pemimpin yang revolusioner untuk melakukan perubahan radikal seperti ini. Jika di pemilihan gubernur yang akan datang ada kandidat yang mengkampanyekan program ini, 100% pilihan saya akan jatuh kepadanya.

Kembali ke PRJ, sekarang saya terjebak di depan sebuah keranjang pakaian yang dilabeli diskon 50% diantara ratusan orang yang mengalami kegilaan sementara. Kacau sekali, segera saya menyingkir dari situ. Teman saya Riski terus menjelajahi hall-hall yang ada di sana, entah apa yang dicarinya. Kemudian saya merasa muak dengan keramaian yang tidak masuk akal ini. Saya biarkan Riski sendiri berputar-putar entah di mana. Jam 20.00 saya dan Riski duduk di foodcourt. Saya menenteng tas plastik yang berisi satu celana khaki M2000, Riski menenteng tas plastik yang saya tidak tertarik dengan isinya. Setelah itu kami makan sambil membahas mana yang lebih baik antara PRJ tahun ini dan tahun lalu, dan menurut saya tak ada perbedaan yang signifikan. Beberapa saat kemudian kami berada diantara lautan manusia menyaksikan Ungu yang membawakan beberapa lagu seperti; Hati Hampa, dan lain-lain. Kemudian ada pertunjukan kembang api. Kemudian kami pulang.

--------------------------------------------------------

Hari Senin. Saya tidak begitu ingat apa yang terjadi di hari Senin. Semua terlihat kabur dan samar-samar. Mungkin saya bangun tidur jam 6 pagi, atau mungkin saya tidak bangun sama sekali. Mungkin saya ke kampus sebentar untuk mengisi absensi. Mungkin saya mengunjungi beberapa teman dan mengumpulkan bahan skripsi. Entahlah, saya tak begitu yakin. Ini efek dari menonton konser Ungu.

--------------------------------------------------------

Hari Selasa, saya benci-benci cinta dengan Selasa.

Benci karena sopir taksi yang membawa saya ke bandara Soekarno-Hatta seperti orang yang baru sekali datang ke Jakarta. Saya minta dia mengantarkan saya ke Cengkareng melalui Serpong kemudian masuk dari belakang bandara. Hal ini untuk mempersingkat waktu karena saya khawatir tidak dapat mengejar pesawat jam 11. Tetapi yang ternta terjadi adalah taksinya melewati Serpong, kemdian Tangerang, kemudian jalanan yang bolong-bolong, kemudian areal persawahan, kemudian areal gudang, kemudian areal perumahan, dan tiba-tiba kami sudah berada di daerah Kapuk melintasi gapura Bali. Ya, ternyata sopirnya memutar dan tetap memasuki bandara dari depan. Saya tiba di bandara jam 10.45.

Benci karena hal yang selanjutnya terjadi adalah saya mengiba-ngiba di depan petugas check-in untuk mengijinkan saya check-in. Kemudian saya diusir. Kemudian saya mengiba-ngiba di depan petugas ticketing. Kemudian petugas ticketing menatap dengan raut wajah bosan dan pandangan kosong. Kemudian penerbangan saya dipindah ke 12.30. Kemudian saya diharuskan membayar lagi Rp 153.000. Kampret!!! Sopir taksi kampret! Kemudian saya mendengar panggilan checkin yang terakhir untuk penerbangan saya yang semula yang jam 11.00. Berarti seharusnya tadi saya masih bisa check-in. Kampret!!! Petugas check-in dan ticketing kampret. Tapi saya sudah terlalu capek untuk protes dan menciptakan drama di bandara. Toh bapak-bapak yang tadi di sebelah saya dan ternyata terlambat juga dan berteriak-teriak di depan petugas ticketing dengan sekuat tenaga dan air liur yang menyembur-nyembur tetap tidak mendapatkan apa-apa. Jadi saya tinggalkan loket tiket dan pergi makan siang.

Benci karena di atas pesawat saya duduk di sebelah pintu darurat dan seorang pramugari duduk di seberang saya. Pesawat mulai bergerak dan, mungkin karena melihat muka saya yang pucat dengan mulut komat-kamit, pramugari itu mengucapkan beberapa kalimat seperti;
"Baru pertama naik pesawat?"
"Kalau takut jangan melihat ke jendela"
"Sebelumnya pernah mengalami kecelakaan?"
"Atau saya pindahkan saja Bapak ke kursi yang lain?"

Yang membuat saya cinta dengan Selasa adalah hari ini saya pulang ke Medan. Bertemu lagi dengan ibu dan bapak tercinta. Bertemu dengan abang-abang dan kakak-kakak. Bertemu dengan keponakan berusia 11 bulan yang bernama Raihan dan langsung nempel begitu melihat saya karena dikiranya saya bapaknya (tetapi ketika abang saya (bapaknya yang asli) datang, dia membuang muka ketika akan saya gendong). Bertemu dengan nenek saya yang berusia 90 tahun lebih dan saat ini sedang sakit karena terjatuh di parit depan rumah beberapa waktu lalu. Kaki kirinya patah dan dokter tidak bisa berbuat banyak karena kasus patah tulang pada lansia susah untuk diobati. Sekarang nenek saya tidak bisa berjalan lagi, hanya bisa ngesot sambil mengaduh-aduh. Saya merasa kasihan tapi tidak mampu berbuat apa-apa.

Senin, 13 Juli 2009

Senin, 13/07/09

Hari Sabtu saya bangun jam 5.30 dan pergi ke Cikini jam 6.30. Ada apa di Cikini? Begini ceritanya;

Karena saya bosan di kosan dan sepertinya tidak satupun teman yang rela saya ganggu acara weekendnya, maka saya pun mencari-cari kegiatan untuk mengisi Sabtu ini. Saya menemukan situs ini yang mengadakan acara rutin bulanan Wiken Tanpa ke Mal, sebuah acara mulia yang dirancang untuk memberi alternatif masyarakat ibukota yang bosan dengan kegiatan menghabiskan akhir pekan di mall. Bulan lalu mereka mengadakan acara di Ragunan, dan bulan ini kegiatan dilakukan di Cikini dengan judul Acik di Cikini.

Acik di Cikini

Acik. di. Cikini.

Seandainya panitia lebih kreatif, mereka bisa membuat judul yang lebih eye catchy dan mengundang;

Bikini di Cikini

Baiklah, mungkin bikini terlalu vulgar untuk masyarakat Indonesia yang memegang teguh adat ketimuran (keluarga Azhari tidak dihitung). Tapi bisa juga seperti ini;

Banci di Cikini

Nyuci di Cikini

Apapun selain Acik di Cikini, karena kata "acik" terlalu dipaksakan dan terdengar seperti sebuah kata yang dilontarkan oleh remaja tanggung, sangat kontras dengan kenyataan bahwa panitianya sudah tua-tua.

Seharusnya saya sudah tau dari semula bahwa dengan judul senorak ini saya tidak dapat berharap banyak, tetapi saya selalu berusaha berpikiran positif. Jadwal di situs mengatakan acara dimulai jam 7.30, saya sampai di Gedung Juang 45 jam 8.00 dengan perasaan malu karena terlambat. Ternyata tidak perlu malu karena acara baru dimulai jam 9.00, yang menurut saya sangat tidak bisa ditolerir karena terlambatnya orang Indonesia yang bisa dimaklumi adalah 30 menit.

Untuk merangkum kegiatan yang kami lakukan selama di Cikini akan saya kutip kalimat pada situs Wiken Tanpa ke Mall;

"bermain, berkreasi, sambil berekreasi menyusuri rute mulai dari Gedung Joang '45 - Kantor Pos Cikini - Toko Roti Tan Ek Tjoan - Toko Roti Maisson Benny sampai ke Planetarium. Tentunya dengan beragam kegiatan yang akan menambah wawasan, mulai dari pukul delapan pagi sampai pukul satu siang".

Hilangkan semua kata sebelum kata "menyusuri..." dan hilangkan semua kata setelah kata "...Planetarium", maka seluruh kegiatan dapat disimpulkan dengan sebuah kata "sangat membosankan, lebih membosankan dari mendengar kotbah jumat". Baiklah, itu lebih dari satu kata, tetapi Anda mengerti maksud saya.

Saya tidak merasa acik di Cikini. Saya merasa ingin harakiri di Cikini.

Saya tidak akan terlalu nyinyir dan melakukan hujatan yang berlebihan lagi kepada panitia. Bagi sebagian peserta mungkin kegiatan menyusuri jalan di Cikini ini sangat menyenangkan. Tapi bagi saya yang kebetulan punya teman yang kos di sana dan sudah beberapa kali bolak-balik Gedung Juang 45 - Taman Ismail Marzuki, sama sekali tidak ada hal baru yang saya temukan. Tetapi Palnetariumnya merupakan pengalaman pertama saya. Menyenangkan sekali tidur selama setengah jam didalamnya. Pada sisi positif, saya dimasukkan ke dalam satu grup dengan sebuah keluarga yang sangat baik. Mereka membawa 2 anak kecil yang cukup menggemaskan.



Selepas harakiri di cikini, saya memutuskan untuk mengunjungi Bear yang kos di daerah Kramat. Di kosan Bear sudah ada Acun dan Budi yang katanya ingin mencoba es krim Ragusa. Jadi kami meluncur ke Ragusa di Jl. Veteran (di sebelah Istiqlal). Bear memesan spaghetti ice cream, Acun strawberry, Budi coup de noussan, saya tuti frutti, Bear masih merasa kurang dan memesan banana split.


Acun, Budi, dan Bear di Ragusa

Sekarang jam 3.30 dan kami merasa ingin melakukan ice skating. Jadi kami (minus Budi yang harus pulang) melaju ke Mal Taman Anggrek. Ini adalah pengalaman pertama saya ice skating, dan bisa dibilang cukup sukses. Pertama saya masih takut-takut dan selalu berpegangan pada kayu di pinggir ring. Acun bilang kalau takut jatuh tidak akan pernah bisa meluncur, yang penting kaki tidak boleh kaku dan berjalan seperti biasa (tidak manjur karena saya terpeleset berkali-kali). Setelah setengah jam akhirnya saya menemukan cara saya sendiri untuk meluncur dan menjaga keseimbangan. Ternyata sangat menyenagkan walaupun gaya meluncur saya terlihat kaku.

Di sisi yang lain, Bear yang menyatakan sudah beberapa kali ice sakting ternyata masih belum bisa meluncur dan selalu terjatuh. Akhirnya Bear jatuh di tengah ring dan tidak bisa bangkit. Kejadian berikutnya adalah Acun meminta tolong orang lain untuk menyeret Bear keluar dari ring. Bayangkanlah seekor beruang seberat 125 kilogram harus diseret keluar dari ring ice skating. Saya pura-pura tidak kenal mereka.

Jam 7.30 perut kami terasa lapar dan memutuskan untuk makan di Beppu, restoran jepang yang menurut Acun terkenal dengan ramennya. Saya tidak ingat nama menu yang kami pesan tetapi kami bertiga memesan tiga porsi ramen dengan jenis yang berebda, tiga porsi teh ochi, ditambah Bear memesan satu porsi sushi . Total harga yang harus kami bayar dikurang discount dari kartu kredit Acun adalah Rp 183.000. Harga yang tidak sesuai dengan rasa, ramennya tidak enak.


Bear dan saya di Beppu



Saya mencoba berpose ala iklan Indomie

Setelah mengisi perut kami melewati gerai Point Break yang sedang ada discount. Saya membeli satu kaos Billabong putih vintage dengan gambar totem, satu kaos Quicksilver warna hijau tua polos dan satu kaos Quicksilver putih dengan tulisan "Foundations in Radness". Bear membeli satu buah dompet Billabong. Acun tidak membeli apa-apa.





Jam 9.15 kami memutuskan bahwa tubuh kami telah letih. Pulang dari Taman Anggrek menggunakan taksi. Kemudian saya diturunkan di halte busway Harmoni karena Bear dan Acun kosannya berada di daerah Senen. Jam 9.30 saya mengantri di halte busway selama 20 menit (Abaikan kenyataan bahwa selama 20 menit itu ada satu rombongan orang udik yang mengantri di belakang saya, dan ada satu perempuan yang selalu latah ketika ketika diganggu teman-temannya. Abaikan fakta bahwa suara latahan perempuan tersebut dan suara tawa teman-temannya sangat lantang dan menyebabkan polusi suara). Jam 11 saya tiba di kosan dan terkapar kecapekan.

Minggu, 12/07/09

Masih di hari Jumat. Selepas dari mesjid, saya merasa sekarang saatnya untuk bersenang-senang dan bersantai menikmati hidup. Bukan karena beberapa hari sebelumnya saya tertekan oleh tenggat outline skripsi, tetapi karena bersenang-senang dalam kamus saya artinya jalan dengan teman-teman. Dan saya suka bercanda dengan mereka, menertawakan kebodohan mereka. Sebentar. Sepertinya saya yang lebih sering ditertawakan mereka.

Saya mengirimkan sms ke Roid mengajaknya jalan-jalan menikmati weekend. Berikut ini petikan sms antara Roid dan saya;

Saya: Ragaku teronggok di sudut kos, rindu akan hingar bingar ibukota. Kasihanilah dia...

Roid: Ragaku tercabik-cabik oleh hingar bingar ibukota semenjak kemarin. Butuh waktu sejenak untuk menyembuhkannya. Biarlah aku senyap jauh dari kebisingan.

Saya: Kalau begitu aku akan membujuk Anak Tegal untuk merayumu. Kau akan luluh olehnya.

Roid: Jangan. Imanku gampang goyah. Apalagi gadis tegal itu sering mengiming-imingi dengan traktir.

Kemudian saya kirim sms kepada Anak Tegal, "jalan yuk, ajak roid juga.", dan setelah 30 menit tidak ada balasan

Saya: Anak Tegal itu tidak membalas smsku

Roid: Dia bingung mau balas apa. Katanya pengen sih. Gw lagi kuliah. Sial!

Saya: Dasar, bukannya bales sms gw malah ngadu ke elu. Emangnya dia pikir gw bakal naruh obat tidur ke dalam minumannya. 10 orang yang lebih sintal dari dia pun bisa gw dapatkan. Tips gw untuk menghadapi kuliah yang membosankan, selalu siapkan komik Sincan dalam tas. Tapi IP gw jeblok.

Tak ada balasan dari Roid. Ternyata saya salah kirim sms, malah terkirim ke Anak Tegal.

Jam 4 sore saya pergi berenang. Bukan untuk memamerkan otot-otot dada dan perut saya (yang tidak ada), ini lebih untuk melatih kebugaran jasmani dan menyegarkan pikiran. Tetapi tidak ada pemandangan yang menarik di kolam, kecuali kalau menurut Anda bapak-bapak gendut, gerombolan remaja kerempeng, dan belasan anak kecil terpekik-pekik adalah pemandangan menarik. Setelah satu jam bolak-balik berenang ujung ke ujung (yang panjang, bukan yang lebar), saya balik ke kosan.

Tiba-tiba sudah jam 10 malam. Ternyata saya ketiduran setelah capek berenang. Saya terbangun oleh dering handphone, dari Anak Tegal. "Kami mau karaoke sekarang, ayo jalan". Tapi saya terlalu capek, jadi saya tidur lagi. Sekian untuk hari ini.

Jumat, 10 Juli 2009

Tulisan Pertama

Hari ini jumat, saya dibangunkan dering weker jam 06.00, baru mandi jam 10. Pakai kemeja kuning dan celana hitam yang juga dipakai selasa kemarin dan belum dicuci, melangkahkan kaki menuju fotokopian terdekat. Outline skripsi rangkap tiga. Kemudian saya berjalan kaki menuju kampus. Melihat anak kecil bermain bola, dan bolanya mengenai wajah anak perempuan yang lebih kecil. Dia menangis keras, saya terus berjalan, antara menahan tawa dan kasian. Ke gedung sekretariat, mengumpulkan outline. Beres sudah.

Ke mesjid jam 12, harus duduk di tangga karena sudah penuh. Khatibnya lama sekali, suaranya terdengar sayup-sayup. Secara acak kata-kata yang dapat saya dengar adalah "mencontreng", "neraka", dan "kitab". Buatlah sebuah kalimat, jadinya "Mencontreng kitab di neraka". Setengah mati menahan kantuk. Untunglah ada beberapa hal yang menarik yang bisa di lihat. Orang-orang yang datangnya lebih telat dari saya, mereka harus berdiri setengah jam. Pegel ya? Kasian.