Rabu, 30 Desember 2009

Rabu, 30/12/2009

Saya mau pindah. Saya tidak suka pindah karena repot. Tapi saya harus pindah karena akhir bulan ini kos saya sudah habis. Saya harus membongkar kamar dan memilih mana barang-barang yang layak dibawa pulang ke Medan dan mana yang harus ditinggalkan. Dari sekian banyak barang-barang tersebut yang paling merepotkan adalah buku bacaan karena memakan tempat dan sangat berat kalu harus dibawa-bawa. Setelah melakukan penyortiran secara instan dan kasar, saya memisahkan bahan-bahan bacaan ini kedalam dua kelompok, yaitu kelompok dibuang atau dilungsur, dan kelompok dikirim ke Medan lewat paket.

Kelompok dibuang atau dilungsur adalah semua buku-buku yang membosankan, majalah, koran, dan bahan-bahan kuliah termasuk; fotokopian buku literatur, fotokopian dari dosen baik berbentuk makalah atau masalah, paper-paper kuliah, dan buku catatan yang hampir tidak pernah dipakai. Ketetapan ini bersifat definitif.

Kelompok kedua yaitu dikirim lewat paket adalah buku-buku yang menurut saya layak untuk dibaca ulang, atau baru sebagian dibaca, atau belum pernah dibaca. Termasuk dalam kelompok ini ada 27 buku. Ke-27 buku ini adalah (dalam urutan acak):
  1. Akuntansi Biaya. Dipakai di semester 7, dibaca hanya menjelang ujian. Tapi saya rasa suatu saat berguna dalam pekerjaan saya.
  2. The Secret. Buku yang digembar-gemborkan Oprah, isinya mengenai hukuman tarik menarik antara pikiran dan hal di sekeliling kita. Doesn't work with me.
  3. The Famished Road. Beli di Pameran Buku Jakarta, fiksi tentang dunia roh, belum pernah dibaca.
  4. Breakfast at Tiffany's. Fiksi tentang kisah hidup Holly Golightly, sudah pernah difilmkan waktu ibu saya masih perawan, dan sangat terkenal. Filmnya, bukan ibu saya.
  5. The Starbucks Experience. Salah satu tugas kuliah untuk membuat resume buku apa saja mengenai strategi manajemen suatu perusahaan. Saya akan terlihat keren berada di atas TransJakarta sambil memegang buku ini, orang-orang akan berpikir "Dia pasti sering ngopi di Starbucks. Mungkin eksekutif muda yang kantornya di Sudirman -Thamrin atau Kuningan. Keren banget, aku mau jadi pacarnya "
  6. Macroeconomics. Referensi skripsi.
  7. My Name is Red (I'm a super boring book). Karangan Orhan Pamuk. Baru selesai dibaca setelah dua bulan lebih, itu pun bacanya lompat-lompat. Halamannya, bukan saya.
  8. Akuntansi Keuangan Menengah. Alasannya hampir sama dengan nomer satu. Juga bisa dijadikan bantal, kalau mau.
  9. Akuntansi Internasional. Beli di Pameran Buku Jakarta. Belum pernah dibaca.
  10. Al-Quran dan Terjemahannya. Bukti kalau agama saya Islam, selain KTP.
  11. Bumi Manusia. Bagian pertama dari Tetralogi Buru buah karya Pramoedya Ananta Toer. Fiksi tentang Nyai Ontosoroh dan Minke yang hidup di awal abad 20, masa penjajahan Belanda. Salah satu buku favorit saya.
  12. 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif. Kenyataannya saya sudah tidak remaja lagi dan tidak efektif.
  13. 5 cm. Buku sejuta umat. Bahkan yang tidak hobi baca juga membeli buku ini jadi ketika ditanya temannya, "Udah baca 5cm, bro?", dia bisa jawab "Gila man, ceritanya keren. Karakter Genta itu gw banget!".
  14. Tip Membuat Foto Indah dan Menarik. Bermanfaat untuk yang suka foto-foto. Ralat, bermanfaat untuk yang suka memotret. Tentang pengetahuan dasar fotografi secara umum.
  15. Honeymoon with My Brother. Hadiah dari teman. Seorang pria ditinggalkan mempelai wanitanya sesaat sebelum upacara perkawinan. Dia patah hati dan memutuskan untuk keliling dunia bersama adiknya.
  16. La Tahzan. Jangan bersedih. Lumayan bagus, tapi jarang saya baca. Intinya, kita tidak boleh bersedih karena semua sudah diatur yang di Atas.
  17. The Power of Public Speaking. Berisi tips-tips untuk berbicara di depan umum. Saya beli karena kuliah harus sering melakukan presentasi di depan kelas. Sayangnya tidak manjur pada diri saya.
  18. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Referensi skripsi.
  19. Analisis Investasi. Referensi skripsi.
  20. Manajemen Strategis. Alasannya hampir sama dengan nomer satu. Juga bisa dijadikan bantal, tapi terlalu tebal untuk dijadikan pengganjal meja.
  21. Lolita. Tentang seorang penderita pedofilia, profesor Humbert-Humbert, yang jatuh cinta kepada gadis kecil bernama Lolita. Belum selesai dibaca.
  22. Al Quran. Bukti kalau saya Islam. Dewasa ini kita butuh banyak pembuktian, kalau tidak akibatnya fatal. Lihat George Aditjondro versus SBY.
  23. Oliver Twist. Novel klasik karya Charles Dickens. Tentang Oliver Twist. Bukan Olga Syahputra.
  24. Moby Dick. Novel klasik karya Herman Melville, tentang perburuan ikan paus. Baru beberapa halaman awal yang sempat saya baca.
  25. The Air Asia Story. Beli di Pesta Buku Jakarta. Tentang duka penumpang Air Asia yang pesawatnya sering terlambat berjam-jam. Tapi kalau penumpangnya yang terlambat ,lima menit saja, tiketnya hangus. Bohong deng, buku ini tentang kisah sukses Air Asia sebagai maskapai tersukses di Asia. Belum dibaca.
  26. Quantum Ikhlas. hadiah dari teman, mirip-mirip The Secret. Tidak ada hubungannya dengan Hukum Mekanika Quantum.
  27. 3 Undang Undang Bidang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Males banget.
Ketetapan ini bersifat nominatif, yang berarti jika mood saya berubah, sebagian atau seluruh buku ini dapat di masukan ke kelompok pertama.

Senin, 28 Desember 2009

Senin, 28/12/2009

Hari ini sabtu dan saya sedang berada di taksi menuju Blok M bertemu teman SMU, M dan I. I akan kembali ke Medan karena mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik di sana, saya juga akan meninggalkan Jakarta, jadi ini seperti perpisahan buat kami bertiga. Dulu kami sering jalan berempat dengan teman saya yang satu lagi, S. Tapi S awal tahun ini menikah dan ikut suaminya ke Lampung.

Saya datangnya telat. M dan I sudah datang setengah jam yang lalu. M datang bersama pacar barunya N. Mereka pasangan yang serasi. I datang dengan berita bahwa dia baru jadian dengan seorang teman lama. Kemudian kami mengobrol mengingat-ingat kenangan masa SMU.

Kemudian saya bertanya pada M dan N kapan akan menikah, mereka bilang tunggu saja tahun depan. Kemudian saya bertanya pada I kapan akan menikah, dia bilang pacar yang satu ini serius dalam masa penjajakan. Kemudian saya bertanya kepada M dan I kenapa tidak bertanya balik ke saya, mereka bilang tidak perlu karena toh saya jomblo. Kemudian saya tersadar bahwa setelah sekian lama kami berteman, tinggal saya yang masih tetap jomblo.

Jam 15.30 kami ke D'Cost Kemang untuk makan sore. Satu jam kemudian kami karaoke di daerah Wijaya. Tapi sebelum karaoke kami foto-foto dulu. Selesai karaoke kami pulang.

I dengan latar dinding ruang karaoke yang mirip dengan latar poto studio jaman dulu


Saya berusaha mengekspresikan perasaan seorang jomblo ketika melihat orang pacaran, N dan M.


Di mobil kami membicarakan tentang rencana-rencana kami di masa depan. M yang merupakan ajudan seorang jenderal tahun depan akan melanjutkan pendidikannya lagi. I akan menduduki posisinya yang baru di Medan, dengan jabatan dan penghasilan yang lebih tinggi. S yang pindah ke Lampung kabar terakhirnya sedang hamil, atau mungkin sekarang sudah melahirkan, menjadi ibu rumah tangga yang baik. Saya sendiri akan mulai bekerja lagi, berusaha menempuh karir sebagai pegawai negeri. Mungkin kami baru bisa berkumpul bersama lagi setahun lagi, atau dua tahun lagi, atau lima tahun lagi, atau tidak sama sekali. Tapi saya yakin bahwa kami akan jadi orang sukses.

Jumat, 25 Desember 2009

Terjun

Saya sedang berada di eskalator Grand Indonesia lantai 5, melihat ke bawah sambil bergidik. "Di sini TKP yang jatuh minggu lalu", kata teman saya. Korban, seorang gadis remaja sedang berfoto di eskalator maut tersebut dan tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terjun dari lantai lima. Katanya lagi, korban sedang berobat di Jakarta, aslinya dari Palembang. Saya tidak tahu apa penyakitnya, tapi ironis sekali karena dia justru meninggal di Jakarta. Lima jam kemudian seorang pria tewas setelah loncat dari lantai 5 Senayan City.

Belakangan ini ada beberapa berita mengenaskan korban bunuh diri yang menjatuhkan diri dari ketinggian. Saya membayangkan apa yang mereka pikirkan ketika tubuhnya melayang melewati lantai demi lantai. Apakah mereka mengalami slow motion seperti yang saya lihat di film? Mungkin mereka mengalami flash back kehidupan mereka, mengingat kejadian-kejadian menyenangkan yang pernah dialami, keluarga, dan orang-orang terdekat. Mungkin juga mereka menyesal mengambil jalan pintas ini sedetik sebelum tubuhnya menghempas lantai.

Kehidupan di Jakarta memang berat. Kesenjangan sosial bisa dilihat di setiap sudut kota. Jurang ini sangat dalam seperti bumi dan langit. Bagi orang yang tidak kuat iman dan lemah, hal ini bisa menjadi salah satu faktor pemicu bunuh diri. Setiap kali saya mengunjungi mal-mal mewah itu kebahagiaan saya tersedot 90%, seperti dicium Dementor. Tips dari seorang teman, "kalau ke Pacific Place (Grand Indonesia, Senayan City, dan mal mewah lainnya) tutup matamu saat melewati lantai 1 dan 2, berjalanlah langsung ke food court atau bioskop". Sedangkan pesan dari saya adalah; Jangan berfoto di eskalator. Ingat itu baik-baik.

Jumat, 25/12/2009

Setelah bertarung menghadapi ujian komprehensif selama tiga hari, tubuh dan pikiran saya sangat lelah. Saya membutuhkan hiburan. Hari kamis saya mengajak beberapa teman untuk menonton Jiffest, tapi tidak ada yang bisa. Terpaksa saya nonton sendirian. Jadi dari kosan saya naik metromini ke Blok M, disambung dengan TransJakarta dan turun di halte Bunderan HI jam 18.30. Saya mengeluarkan kamera dan mengambil gambar lalu lintas di sekitar Bunderan HI. Saya ingin menangkap cahaya lampu-lampu Jakarta yang megah dan menyimpannya dalam koleksi foto saya.


Jam 19.00 saya menyudahi foto dan memasukkan kamera ke dalam tas. Saya berjalan melewati jembatan penyeberangan, menyaksikan mobil-mobil mewah di bawah, hotel-hotel mewah dan pusat perbelanjaan mewah di sekeliling saya, pengemis tua di atas jembatan, ratusan orang miskin yang hilir mudik, dan pedagang kaki lima yang berjualan demi sesuap nasi. Saya berjalan di antara kedua kontras ini mengabaikan mereka dan hanya memikirkan nilai ujian saya, foto-foto saya, dan JIFFEST. Saya berjalan ke Grand Indonesia.

Kemudian saya berada di Blitz. Saya terlambat untuk film yang diputar jam 19.00. Film berikutnya adalah yang jam 21.30 dan 22.00. Saya memilih Rabun jam 22.00 karena gratis. Karena filmnya masih dua jam lagi maka saya berkeliling Grand Indonesia. Kemudian saya tergoda sale akhir tahun di Sport Station dan membeli sepatu Airwalk seharga Rp 215.000.


Jam 22.00 film Rabun diputar. Film Rabun bercerita tentang pasangan suami istri yang memasuki masa tuanya, Pak Atan dan Mak Inom. Walaupun begitu hubungan mereka masih sangat mesra seperti orang pacaran dan penuh canda tawa. Pak Atan pensiun dan memutuskan agar mereka pindah dari kota ke kampung halamannya. Ternyata tinggal di kampung tidak seindah yang dibayangkan. Di balik kehidupan pedesaan yang tenang dan damai, tersimpan suatu kedengkian seorang tetangga pada mereka. Cerita pada film ini sangat sederhana, namun Rabun adalah salah satu film Malaysia terbaik yang pernah saya tonton.

Senin, 21 Desember 2009

Senin, 21/12/2009

Saya sedang membaca bahan Akuntansi Pemerintah ketika paket itu tiba. Kotak warna coklat itu saya buka dan mendapatkan lima parfum dalam bentuk vial yang dipesan dari internet. Saya memang sedang mencari parfum yang pas, yang tahan lama dan bisa digunakan siang atau malam.

Pertama kenal parfum waktu SMP, ketika kakak saya membeli Versace Red Jeans dan Blue Jeans. Belum pernah saya menghirup aroma sewangi itu. Parfum kedua yang saya coba adalah Kenzo. Sebenarnya ini punya sepupu, dia berikan pada saya. Baunya tidak biasa memang. Saya memakainya sabtu siang saat kegiatan ekskul di SMA. Bau parfum ini semerbak dan lumayan nonjok, saat panas terik berbaris di lapangan sekolah aromanya semakin kuat. Seperti wangi melon, nanas, dan bengkoang dicampur dengan kaos kaki basah. Menyengat.

Parfum ketiga kalau tidak salah namanya Fujiyama. Ini punya kakak saya, kadang-kadang pagi sebelum berangkat sekolah saya semprotkan ke badan. Wanginya segar, aroma jeruk yang ringan. Waktu itu saya kelas tiga SMA dan baru sadar ternyata parfum bisa menghipnotis beberapa cewek di kelas. Mereka memuji wangi saya, bahkan ada yang terus duduk di sebelah saya mencari-cari perhatian.

Selama kuliah justru saya tidak pernah memakai parfum. Maklum saja, sejak jadi anak kos untuk bisa makan sebulan saja sudah sukur. Paling saya pakai deodorant dan axe. Nah, setelah kerja baru saya mulai beli parfum sendiri. Yang pertama Benetton Sport, belinya di Pasar Rame, Medan. Katanya pasar ini memang menjual barang-barang selundupan dari luar makanya harganya miring. Entah benar atau tidak. Benetton ini awalnya sering saya pakai ke kantor waktu saya masih kerja di Sulawesi Tengah. Wanginya segar, sayang tidak tahan lama.

Kemudian saya beli Versace Blue Jeans yang dulu sering dipakai kakak. Saya suka baunya, seperti membuka sekaleng soft drink yang berisi racikan buah-buahan dan bunga. Sering saya pakai ke kantor. Tapi saya orangnya pembosan, akhirnya parfum ini jarang saya pakai dan sampai sekarang masih ada sisanya sedikit.



Kemudian tahun 2008 lalu saya kuliah lagi di Jakarta. Mulai sering main ke mal, akhirnya mencoba masuk ke C&F Perfumery. Sedikit terkejut melihat harga parfum-parfum terkenal yang harganya gila-gilaan. Soalnya parfum ini termasuk barang yang dikenakan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) yang tarifnya bisa sampai 100 %. Satu botol parfum bisa menghabiskan setengah bulan gaji. Belum lagi SPG yang sangat agresif menawarkan parfumnya. Supaya tidak malu saya membeli satu parfum, merknya Honour. Harganya kalau tidak salah Rp 180.000. Waktu di semprot di kertas wanginya lumayan enak. Tapi setelah di rumah saya semprot ke badan kok baunya kayak parfum om-om dan tidak tahan lama. Mungkin tidak cocok dengan badan saya. Sangat jarang saya pakai, isi botolnya sekarang masih lebih dari separuh.


Yang terakhir saya beli adalah Acqua di Gio, harganya Rp 400.000. Beli dari teman yang katanya punya kenalan yang jualan parfum dengan harga miring. Bandingkan kalau beli di C&F harganya bisa Rp 600.000 lebih. Saat pertama disemprot baunya memang sama dengan yang pernah saya coba di C&F, seperti berdiri di pinggir pantai menghirup angin laut dan aroma bunga-bunga tropis. Tapi tidak sampai sejam aromanya hilang. Saya tidak tahu apakah karena kulit saya kering sehingga parfum tidak melekat di kulit, tetapi saya curiga parfum ini bajakan. Kesal sekali rasanya mengeluarkan duit banyak hanya untuk barang bajakan. Akhirnya saya kasih sepupu.

Akhir-akhir ini muncul kembali niat untuk membeli parfum. Setelah browsing internet saya menemukan beberapa parfum yang kalau dilihat dari beberapa review, mungkin wanginya cocok buat saya. Saya memesan lima buah vial atau tester mini dari sebuah situs. Empat hari kemudian paket itu sampai, langsung saya buka. Isinya; Fuel for Life wanginya tahan lama, tapi terlalu manis seperti buah ceri di atas kue tar. Kenneth Cole Black wanginya menurut saya pas, ada citrusnya, ada buahnya, ada rempahnya. Jean Paul Galtier Le Male wanginya sedikit aneh, tapi dari review internet katanya bisa bikin wanita merasa lemah dan jatuh ke pelukan kita. Vesace eau Fraiche dan Calvin Klein Man wanginya hampir serupa, aroma citrus dengan kesegaran laut. Sepertinya yang Versace lebih cocok dipake siang sedangkan CK Man untuk makan malam romantis atau acara malam formal. Nah setelah mencoba kelima parfum tersebut saya jadi bingung sendiri mau pilih yang mana. Ada yang pernah mencoba kelima parfum di atas? Atau Anda punya saran lain untuk parfum yang tahan lama dan cocok untuk dipakai ke kantor, mohon sarannya.


PS: Tulisan ini dibuat dua minggu yang lalu. Kemarin lusa ketika ke Blok M Plaza saya melihat C&F sedang diskon up to 75%, dan setelah membaui beberapa parfumnya saya akhirnya membeli CK One 200ml seharga Rp 450.000.

Senin, 14 Desember 2009

Senin, 14/12/2009

Hari ini minggu dan saya masih di rumah sepupu di depok. Jam 14.00 saya bertemu Budi di depan Margo City, kemudian kami ke kampus UI melihat Jazz Goes To Campus (JGTC). Artis yang akan tampil antara lain; Twenty Firstnight, Andre Hehanusa, Ecoutez, Maliq & d’essentials, Olivia Ong, Syaharani, Balawan, dan lain-lain. Wah, pasti menyenangkan sekali bisa menikmati pertunjukan musik jazz yang diadakan setahun sekali ini. Kemudian saya dan Budi foto-foto sebagai bukti bahwa kami pernah datang ke JGTC.

Budi sebagai duta JGTC


Saya sebagai duta RCTI Oke

Oh, tidak, jam 15.00 hujan turun sampai malam. Jadi sementara artis-artis tersebut melakukan aksi-aksi fenomenal mereka di atas panggung, kami cuma bisa berteduh di dalam gedung kuliah. Rasanya seperti berada di tenda pengungsian. Selama beberapa jam tersebut saya dan Budi mengamati pengunjung yang lain satu per satu.

“Lihat, perempuan itu gemuk sekali”

“Oh, bukan. Itu kerbau”

Ada yang rambutnya mirip Giring Nidji”

“Tapi mukanya mirip vokalis Kangen Band”

Kemudian saya merasa bosan dan tertidur beberapa kali. Setelah itu saya mengambil beberapa foto sebagai bukti bahwa kami pernah menetap selama beberapa jam di tenda pengungsian.

Jam 20.30 hujan mulai berhenti tetapi Budi harus pulang karena sudah ditunggu ibunya. Mau tak mau saya juga harus pulang. Sayang sekali. Saya merasa sangat kecewa. Saya membuka Twitter dan menulis “Aku ga butuh jgtc. Nanti aku main gitar sndiri aja. Hati2 kau balawan, syaharani, maliq". Sampai di Lebak Bulus saya masih merasa marah dan stress karena tidak tahu kapan lagi saya bisa nonton JGTC, tahun depan belum tentu saya masih di jakarta. Untuk melampiaskan kekesalan ini saya memutuskan ke Carfur untuk belanja. Tapi Carfur sudah tutup, saya diusir satpamnya. Saya semakin stress. Kemudian saya melihat ada banyak lapak dvd bajakan, jadinya beli dvd saja. Judulnya “Lovers Guide Movie Collection” dan “The Ultimate Drama 10 in 1 Movie Collection”.

Tiba di kos pukul 23.00, saya menyalakan komputer dan memutar Lovers Guide Movie Collection. Jam 03.00 terbangun dan mendapati komputer sedang menonton saya. Kemudian saya mematikan komputer dan melanjutkan tidur.

Jumat, 04 Desember 2009

Jumat, 04/12/2009

Hari ini jumat dan hari raya idul adha. Jam 06.30 saya sholat ied di mesjid, beberapa saat kemudian kembali ke kos. Umat muslim di seluruh dunia merayakan hari ini dengan menyantap makanan-makanan lezat, sementara saya menikmati sup krim instan yang diseduh air panas. Jam 16.30 saya ke rumah sepupu di depok. Di sana saya makan udang goreng, ikan bakar, cumi-cumi, dan soto sapi. Keluarga sepupu saya sedang berkumpul, jadi kami makan sambil bercakap-cakap menanyakan kabar masing-masing.

Tante saya menanyakan hubungan saya dengan pramugari. Tante saya ini yang menjodohkan, lebih tepatnya mencomblangkan, saya dengan pramugari. Saya tidak suka pembicaraan ini, jadi saya jawab hubungan kami baik-baik saja. Padahal yang sebenarnya, hubungan saya dan pramugari adalah hubungan yang platonis, hampir tidak ada asmara. Kami kadang-kadang saling telepon dan berkirim sms. Dia adalah wanita sehat, berhati mulia, cukup menarik dan cantik, tetapi tidak membuat saya tertarik. Begitu juga saya pria sehat, bersahaja, cukup menarik dan tampan, tetapi tidak membuat dia tertarik. Kami tahu tidak ada harapan dalam hubungan ini. Suatu hari dia mengirim saya sms dengan bahasa alay,
“BeneRan qta dJoDoin? Q blM mW meRid, q Msh mW ceNang2 dgn teMaN2q”.
Setelah membacanya perut saya sedikit mual.

Hari sabtu saya bermain dengan anaknya sepupu. Chya masih 4 tahun dan sangat cerdas. Dia sering mengingatkan kakeknya agar tidak lupa sholat, “Kalo gak solat nanti opa mati tewus kubuwannya sempit. Nanti di newaka opa jadi tengkowak, matanya dimakan cacing, hiiii…”. Chya memperkenalkan saya dengan empat ekor kelincinya. Kelincinya ada dua pasang, namanya cika, ciripa, gesva, dan mola. Menurut saya nama kelincinya sangat aneh. Saya sarankan ganti saja dengan nama yang lebih Indonesia; Anwar, Johan, Ratih, dan Mayang. Tetapi ibunya protes karena nama-nama tersebut sangat manusiawi, bukan untuk kelinci. Saya jawab, sekarang tahun 2009 dunia semakin modern, tidak ada lagi pembatasan antara manusia dan hewan, termasuk dalam hal pemberian nama. Saya memperkuat argumen tersebut dengan meyebutkan beberapa artis yang memiliki nama hewani seperti Meican (macan?), Lady Gaga (makarel?), atau yang mengandung buah-buahan seperti Dewi Persik (persik?). Ibunya tetap berkeras bahwa mereka tidak pantas dijadikan rujukan.


Chya dengan latar belakang chiripa dan gesva

Malamnya saya dan teman, Budi, jalan-jalan ke Margo City. Kami duduk-duduk di Kafe Old House sambil mendengarkan live music. Saya memesan earl grey tea, Budi memesan ice cappucino dan sandwich. Kami mengobrol tentang JGTC yang akan diadakan di UI esok hari. Saya melihat pelayan menunjukkan sikap tubuh seperti ingin mengusir. Ternyata sudah pukul 24.00, kemudian kami pulang.