Jumat, 29 Januari 2010

Jum'at, 29/11/2010

Satu minggu ini adalah minggu terakhir di Depok. Sabtu sore Pram, Kepu, Pacar Kepu, dan saya pergi ke Depok Town Square menonton film Suster Keramas. Film ini dibintangi artis terkenal dari Jepang, Rin Sakuragi. Keluar dari bioskop saya mengatakan pada Pram bahwa volume otak saya berkurang 50%, dan Pram juga merasakan hal yang sama. Tetapi saya menenangkan Pram dengan mengatakan bahwa manusia normal hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya, bahkan Einstein hanya menggunakan 15% saja, jadi kami masih punya cadangan otak 40% lagi. Kemudian kami berempat makan di rumah makan Jepang dan dilanjutkan dengan karaoke selama dua jam di NAV Margo City. Ketika kami pulang jam menunjukkan pukul 12.00 dan di luar hujan lebat. Kami menempuh jalan raya menggunakan motor dalam keadaan basah kuyup.


Hari senin Pram menelepon mengatakan kalau dia demam yang mungkin disebabkan; a) masuk angin karena kehujanan, b) keramas malam-malam karena kehujanan, c) kombinasi keduanya. Saya menyarankan dia segera ke dokter agar sakitnya tidak tambah parah dan berakibat fatal. Jangan sampai ada legenda Pramugari Keramas. Hari selasa dan rabu Pram tidak masuk kerja karena sakit dan saya ke rumahnya menemaninya selama lima jam dan satu jam.


Hari Kamis saya ke Mesjid Dian Al-Mahri, lebih dikenal dengan Mesjid Kubah Emas, di daerah Cinere bukan dengan niat beribadah, tetapi untuk mengambil foto mesjid itu. Ternyata setelah saya pergi ke sana mesjidnya tutup, sepertinya Tuhan tidak meridoi niat saya yang kurang baik. Untunglah saya masih bisa mengambil beberapa foto mesjid dari luar.


Hari Jumat saya ke Cengkareng mengambil penerbangan jam 16.00. Saya akan pulang ke Medan dan mungkin tidak kembali lagi ke Jakarta. Di pesawat saya menangis terisak tetapi dalam hati saja karena malu kalau nangis beneran, apalagi di sebelah saya ada bapak-bapak gendut yang katanya juri untuk audisi Indonesian Idol di Medan. Suara saya memang merdu tapi suara tangisan saya tidak. Kemudian saya mengeluarkan kamera dan mengambil foto awan/gunung/laut, dan sepertinya saya telah memotret Gunung Kerinci, tetapi mungkin juga itu gunung lain.


Jumat malam saya sampai di rumah dan mencium tangan ibu dan ayah. Kemudian saya teringat kutipan dari film The Curious Case of Benjamin Button, "it's a funny thing about comin' home. Looks the same, smells the same, feels the same. You'll realize what's changed is you."

Sabtu, 23 Januari 2010

Sabtu, 23/01/2010

Selasa jam 05.00 saya terbangun karena sms yang dikirimkan oleh Pram; "Abang, aku mau terbang. Pamit ya". Saya balas, "Selamat bekerja dan carilah duit yang banyak". Kemudian saya bangun dan membuat teh manis hangat, meminumnya sampai habis. Setelah itu saya membersihkan tempat tidur. Kemudian saya mengambil sapu dan membersihkan rumah. Jam 07.00 saya mengambil pakaian kotor yang telah mengalami fermentasi selama beberapa hari, saya masukkan ke dalam ember dan merendamnya dengan air dan detergen. Setelah mencuci pakaian, saya berjalan ke dapur dan memasak nasi dan lauk pauk selama satu jam. Saya merasa sangat capek.

Jam 09.00 saya menyalakan televisi dan menonton infotainment Was Was dan Insert Pagi back to back selama dua jam. Ada artis yang cerai dan kawin. Ada artis yang tidak begitu terkenal. Ada artis yang baru terkenal. Saya merenung, apa manfaat tontonan ini, kenapa saya menontonnya? Kemudian saya teringat bahwa saya tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan, jadi untuk membunuh waktu saya menonton infotainment. Apakah hal ini juga dirasakan oleh ibu-ibu rumah tangga lainnya yang menjadi target demografi tayangan tersebut? Tetapi saya bukan ibu rumah tangga.

Tiba-tiba alarm ponsel berbunyi dan saya terbangun jam 05.30. Untuk melupakan mimpi buruk tadi, saya segera mandi dan solat subuh. Jam 08.00 saya sudah berada di atas mobil travel yang mengantarkan saya ke Bandung. Hari ini saya akan bertemu teman di Bandung. Dia adalah pembaca blog ini. Sebelumnya kami tidak pernah bertemu dan hanya berkomunikasi lewat sms dan YM. Tetapi hubungan kami sangat dekat, saya menceritakan semua masalah saya kepadanya. Tehan, yang kebetulan seorang psikolog, membantu saya menghadapi masalah-masalah tersebut.

Jam 11.00 saya sampai. Tehan mengajak saya ke Gedung Sate. Kemudian ke Jonas, studio foto terbesar di Bandung. Studio foto ini cukup unik, dengan konsep seperti plaza, pengunjung bebas keluar masuk gedungnya. Dari Jonas kami ke Gedung Pos Indonesia, baru ke BIP untuk makan siang. Ketika saya dan Tehan sedang ngobrol di Tony Jack BIP, saya merasa ada yang memperhatikan. Saya menoleh ke belakang, ternyata ada om-om. Tapi kata Tehan itu tante-tante.







Anyway, Tehan mencoba mengaplikasikan ilmu psikologinya dengan menyuruh saya membuat gambar orang dan pohon. Dari gambar tersebut, dia mencoba menganalisa sifat dan kepribadian saya. Tehan bilang saya memiliki pribadi yang suram, tetapi mencoba menyembunyikan kegelapan tersebut. Pada siang hari saya adalah seorang pegawai yang baik, berintegritas tinggi, dan cerdas. Saya memiliki kharisma yang membuat orang-orang tertarik dan respek. Tetapi ketika malam, saya bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Saya memiliki kecenderungan untuk menghakimi seseorang dengan nilai-nilai yang saya yakini. Tindakan main hakim sendiri ini penuh dengan kekerasan. Saya tidak segan-segan menghajar atau menghabisi nyawa seseorang ketika saya yakin orang itu mempunyai dosa besar, misalnya pelaku korupsi, pemerkosa, pembunuh, dan tindakan amoral lainnya. Bohong ding, itu film Dexter.

Dari BIP kami ke Kartika Sari membeli oleh-oleh. Saya membeli dua kotak molen. Tehan membelikan saya satu kotak cheese roll. Inilah salah satu manfaat dari blog. Anda bisa mendapat teman dari berbagai daerah. Dan ketika Anda berkunjung ke daerah tersebut akan dilayani dengan baik oleh mereka. Contohnya PNS Sexy ketika berlibur ke Malang dia dilayani dengan total oleh tante-tante / penggemarnya dan menghemat biaya liburan jutaan rupiah. Sebenarnya kalau saya mau bisa saja saya minta Tehan untuk membelikan saya lima kotak cheese roll dan bahkan mengganti ongkos transportasi saya ke Bandung. Tapi saya cukup tahu diri, toh blog saya tidak sepopuler blog PNS Sexy yang page hit counternya bisa ratusan kali perhari.

Oh iya, Tehan sekarang sudah punya blog. Dia juga bisa memberikan jasa layanan konsultasi psikologi. Tarifnya murah lo, cuma Rp 50.000 per sesi. Coba bandingkan dengan layanan konsultasi psikolog lainnya yang bisa ratusan ribu. Selain itu, 50% dari uang yang Anda bayar kepada Tehan akan disumbangkan kepada saya sebagai imbalan jasa promosi. Jadi, Anda bisa mengurangi tekanan mental yang Anda hadapi, sekaligus menambah rekening tabungan saya. Tunggu apa lagi, segera kunjungi blog Tehan.

Minggu, 17 Januari 2010

Minggu, 17/01/2010

Kamis malam biasanya umat Islam melakukan wirid, tapi kamis malam ini adalah 31 Desember dan semua orang merayakan malam tahun baru, kecuali fans fanatik Gusdur (semoga arwah beliau diterima di sisiNya). Untunglah Pupu mendapat pinjaman mobil dari bosnya, Merci E 200, sehingga kami tidak perlu bermuram durja di rumah di saat seluruh dunia merasakan euforia pergantian tahun 2010.

Jadi kami memutuskan untuk berkeliling Jakarta. Ketika mobil kami keluar dari komplek, Satpam berdiri menyambut dan menaruh tangan di kening tanda hormat. Pupu bilang selama ini keluar masuk komplek, satpam disitu tidak pernah sehormat itu, bukti bahwa nilai seseorang dilihat dari apa yang dimilikinya. Saya teringat suatu penggalan puisi yang waktu saya SD sangat sering diputar di TPI (ketika itu TPI merupakan stasiun TV paling happening); "Dasi tanpa leher masih berharga. Tetapi leher tanpa dasi tak berharga apa-apa". Anyway, dari Depok kami ke Tangerang, dan dari Tangerang kami terdampar di tol Tanjung Priok melihat kembang api dari sana.



Hari jumat dan sabtu saya gunakan untuk memikirkan suatu masalah yang cukup pelik, saya ingin jalan-jalan dengan Pramugari (Pram). Saya ingin nonton Sherlock Holmes, tetapi bioskop di Depok belum ada yang menayangkan. Saya mengajak Pram untuk nonton di Bogor. Kata Pupu, kenapa tidak sekalian di Tangerang. Komentar Ispu, di Cikarang saja yang lebih jauh. Kepu bilang, Bogor sering hujan, siap-siap pulangnya kerokan. Saya jawab, hujan itu romantis.

Hari Minggu saya bertemu dengan Pram si stasiun Depok Baru jam 12.00. Kami ke Bogor naik KRL Ekonomi AC, tiketnya seharga Rp 5.500. Tapi ACnya mati, yang ada hanya kipas angin berputar. Setelah sampai di stasiun Bogor, kami naik angkot ke Botani Square. Waktu naik angkot kepala Pram kejedot atap, sepertinya sangat sakit. Saya ikut merasakan sakitnya.

Kemudian kami berada di 21 dan ternyata Sherlock Holmes juga tidak diputar. Kami merasa putus asa dan memutuskan untuk memilih film secara acak, Planet 51. Film Planet 51 menceritakan manusia yang terdampar di planet asing. Tidak berapa lama saya merasakan kantuk.

Tiba-tiba sudah jam 16.00 dan sekarang kami berjalan ke Kebon Raya Bogor. Sayangnya, tempatnya sudah tutup. Saya teringat kalau di tempat ini ada Kafe Dedaunan dan kata Satpam buka sampai malam, tetapi kami harus memutar masuk dari Pintu III. Jadi kami naik angkot lagi dan syukurlah kepala Pram baik-baik saja.

Masuk dari pintu III, kami berjalan kira-kira seratus meter menuju kafe melalui jalan yang kiri kanannya dipasangi obor. Kafe Dedaunan ini dikelilingi oleh pepohonan dengan lapangan hijau yang luas di depan. Anda bisa menyaksikan matahari terbenam (kalau tidak mendung) dan merasakan hembusan angin sepoi-sepoi dari pepohonan di sekitar. Kafe Dedaunan menawarkan berbagai menu tradisional dan internasional. Saya memesan Ice Chocolate dan Poffertjes, Pram memesan es kelapa muda. Bagi Anda yang suka hal-hal gratisan, saya sarankan masuk Kebon Raya Bogor dari sini. Mulai jam 17.00 masuknya gratis. Tapi kalau makan harus bayar.



Saya menulis status di twitter "@kafe dedaunan bogor dengan si pramugari", dan mendapat balasan dari @roidtaufan "@selasasore pramugarinya cowok apa cewek. aku sdg bersama waria di warung trio.warianya cewek,bukan cowok katanya." dan balasan dari @jengskaa "@selasasore sALam zaCh wAt dY.mGa2 ngEdatenYah lAntjaR." Saya bersyukur mempunyai teman yang sangat perhatian seperti mereka.

Setelah magrib saya dan Pram pulang ke Depok, naik KRL AC Ekonomi juga. Entah kenapa kali ini ACnya nyala. Walaupun kami capek berdiri di kereta, saya melihat wajah Pram tersenyum. Mungkin kami sedang beruntung. Kami juga beruntung Bogor tidak hujan sehingga tidak perlu kerokan. Saya sangat puas karena ide jalan-jalan ke Bogor tidak seburuk yang dibayangkan Pupu, Ispu, dan Kepu.

Senin, 11 Januari 2010

Senin, 11/01/2010

Sementara ini saya tinggal di depok, di rumah sepupu. Yang tinggal di rumah sepupu ada sepupu (Pupu), istri sepupu (Ispu), anaknya yang berusia 4 tahun (Chya), dan keponakan sepupu (Kepu). Kadang-kadang ada pemain tambahan juga, bapaknya sepupu (Bapu) dan ibunya sepupu (Bupu). Maaf kalau nama samarannya rada tolol, tapi Anda harusnya sudah tahu resiko membaca tulisan-tulisan saya dapat menurunkan kesehatan mental.

Tinggal di ruman sepupu ini adalah pengalaman yang unik. Melihat kehidupan mereka sehari-hari yang ala rock n roll dan serba santai, ada banyak kejadian konyol dan percakapan santai yang membuat saya tersenyum menyaksikannya.

Pupu: *berteriak dari dapur* Bungaku dimakan kelinci!!! bungaku dimakan kelinci!!!
Ispu: Bunga yang mana, yang?
Pupu: Anturium, yang jemani pula!!!
Ispu: Mungkin kelinci kita jelmaan suzanna, suka makan bunga
Chya: Hore!!! Kelinciku hebat!!!!
Pupu: Aku potong juga nih kelinci


Ispu: *nonton tv dengan kusuk*
Pupu: Bunda, ambilkan minum
Ispu: kuntilanak, a****g, b**i, ngagetin aja.
Pupu: Siapa yang ngagetin, dasar nenek-nenek, latah.
Chya: Bunda kayak nenek-nenek


Chya: *rebutan sepeda dengan temannya*
Ispu: Kakak, mainnya gantian dong
Pupu: Tadi sepedanya dianggurin, giliran mau dipinjem teman aja ikut-ikutan. Kakak main otopet dulu, ntar gantian!
Chya: *berhasil menguasai sepeda*
Ispu: Memanglah anak bapak (nama sepupu) ini. Latah kali jadi orang
Pupu: Gimana gak latah. Emaknya aja latah, segala kuntilanak kebun binatang disebut.

Pupu: *ngemil di depan tv*
Ispu: *pengen ngemil juga, nyari makanan di kulkas* Ayah, punyaku mana?
Pupu: Punya kamu ya nempel di badan kamu
Ispu: Biji lah yah
Chya: Punya bunda nempel di genteng

Yah, beginilah kehidupan sehari-hari di rumah sepupu. Semuanya serba santai, tidak perlu terlalu serius. Cuma saya agak kasihan juga melihat Chya ada banyak kata-kata yang tidak pantas untuk dia dengar. Saya juga melihat mereka sangat boros, besar pasak daripada tiang. Tapi Ispu bilang, "hidup cuma sekali, rugi kalau tak dinikmati", dan mengenai gaya hidupnya dia bilang "kita memang miskin, tapi harus sombong".

Senin, 04 Januari 2010

Senin, 04/01/2010

Hari senin saya yudisium dan resmi menjadi sarjana. Hari rabu saya mulai membongkar kamar dan mengepak barang-barang untuk pindahan. Saya akan pindah dari sini.

Kemudian saya merasa sedih. Sepertinya ada unfinished business alias masalah yang belum saya selesaikan di sini. Saya sendiri tidak tahu masalahnya apa, tapi sepertinya ada yang mengganjal di belakang kepala saya dan berteriak "Hei, selesaikan dulu urusanmu di sini, baru kau boleh bikin masalah di tempat lain". Atau mungkin juga saya kecewa dengan diri sendiri selama dua tahun di Jakarta ini, tidak menggunakan kesempatan kedua yang sudah diberikan Tuhan. Mungkin juga harapan saya dulu terlalu besar. Pada saat bekerja di Luwuk saya membayangkan kehidupan kuliah di Jakarta pasti sangat menyenangkan. Membayangkan akan banyak kesempatan dan hal-hal yang tak bisa dilakukan di Luwuk dapat dilakukan di Jakarta. Dan ketika harapan itu tidak sesuai kenyataan saya pun berduka.

Setelah merenung dan melakukan, saya melihat seisi kamar yang berantakan. Saya berdoa, "Tuhan saya capek sekali dengan cobaan yang kau berikan. Tolong kemasi barang-barang saya dan bersihkan kamar saya." Setelah berdoa tiba-tiba semua barang-barang saya sudah dikemasi dengan rapi.


Kemudian saya ke kantor pos mengirimkan buku-buku dan CPU ke Medan. Tarifnya sebesar Rp. 340 ribu.


Dari kantor pos saya balik lagi ke kosan. Kemudian saya melihat barang-barang saya. Semuanya ada enam koli. Pasti akan over bagasi dan mahal sekali. Saya berdoa, "Tuhan saya capek sekali dengan cobaan yang kau berikan. Tolong kurangi barang bawaan saya." Setelah berdoa tiba-tiba barang bawaan saya tinggal lima koli.


Sebelum meninggalkan kamar, saya menyapukan pandangan ke seluruh kamar. Saya melihat hiasan dinding yang saya beli di Bali dua tahun lalu. Hiasan berupa mozaik kaca yang berbentuk lumba-lumba, binatang kesukaan saya. Saya ambil fotonya sebagai kenang-kenangan, lalu saya menutup pintu dan pergi.