
Hari senin Pram menelepon mengatakan kalau dia demam yang mungkin disebabkan; a) masuk angin karena kehujanan, b) keramas malam-malam karena kehujanan, c) kombinasi keduanya. Saya menyarankan dia segera ke dokter agar sakitnya tidak tambah parah dan berakibat fatal. Jangan sampai ada legenda Pramugari Keramas. Hari selasa dan rabu Pram tidak masuk kerja karena sakit dan saya ke rumahnya menemaninya selama lima jam dan satu jam.

Hari Kamis saya ke Mesjid Dian Al-Mahri, lebih dikenal dengan Mesjid Kubah Emas, di daerah Cinere bukan dengan niat beribadah, tetapi untuk mengambil foto mesjid itu. Ternyata setelah saya pergi ke sana mesjidnya tutup, sepertinya Tuhan tidak meridoi niat saya yang kurang baik. Untunglah saya masih bisa mengambil beberapa foto mesjid dari luar.

Hari Jumat saya ke Cengkareng mengambil penerbangan jam 16.00. Saya akan pulang ke Medan dan mungkin tidak kembali lagi ke Jakarta. Di pesawat saya menangis terisak tetapi dalam hati saja karena malu kalau nangis beneran, apalagi di sebelah saya ada bapak-bapak gendut yang katanya juri untuk audisi Indonesian Idol di Medan. Suara saya memang merdu tapi suara tangisan saya tidak. Kemudian saya mengeluarkan kamera dan mengambil foto awan/gunung/laut, dan sepertinya saya telah memotret Gunung Kerinci, tetapi mungkin juga itu gunung lain.

Jumat malam saya sampai di rumah dan mencium tangan ibu dan ayah. Kemudian saya teringat kutipan dari film The Curious Case of Benjamin Button, "it's a funny thing about comin' home. Looks the same, smells the same, feels the same. You'll realize what's changed is you."