Senin, 13 Juli 2009

Senin, 13/07/09

Hari Sabtu saya bangun jam 5.30 dan pergi ke Cikini jam 6.30. Ada apa di Cikini? Begini ceritanya;

Karena saya bosan di kosan dan sepertinya tidak satupun teman yang rela saya ganggu acara weekendnya, maka saya pun mencari-cari kegiatan untuk mengisi Sabtu ini. Saya menemukan situs ini yang mengadakan acara rutin bulanan Wiken Tanpa ke Mal, sebuah acara mulia yang dirancang untuk memberi alternatif masyarakat ibukota yang bosan dengan kegiatan menghabiskan akhir pekan di mall. Bulan lalu mereka mengadakan acara di Ragunan, dan bulan ini kegiatan dilakukan di Cikini dengan judul Acik di Cikini.

Acik di Cikini

Acik. di. Cikini.

Seandainya panitia lebih kreatif, mereka bisa membuat judul yang lebih eye catchy dan mengundang;

Bikini di Cikini

Baiklah, mungkin bikini terlalu vulgar untuk masyarakat Indonesia yang memegang teguh adat ketimuran (keluarga Azhari tidak dihitung). Tapi bisa juga seperti ini;

Banci di Cikini

Nyuci di Cikini

Apapun selain Acik di Cikini, karena kata "acik" terlalu dipaksakan dan terdengar seperti sebuah kata yang dilontarkan oleh remaja tanggung, sangat kontras dengan kenyataan bahwa panitianya sudah tua-tua.

Seharusnya saya sudah tau dari semula bahwa dengan judul senorak ini saya tidak dapat berharap banyak, tetapi saya selalu berusaha berpikiran positif. Jadwal di situs mengatakan acara dimulai jam 7.30, saya sampai di Gedung Juang 45 jam 8.00 dengan perasaan malu karena terlambat. Ternyata tidak perlu malu karena acara baru dimulai jam 9.00, yang menurut saya sangat tidak bisa ditolerir karena terlambatnya orang Indonesia yang bisa dimaklumi adalah 30 menit.

Untuk merangkum kegiatan yang kami lakukan selama di Cikini akan saya kutip kalimat pada situs Wiken Tanpa ke Mall;

"bermain, berkreasi, sambil berekreasi menyusuri rute mulai dari Gedung Joang '45 - Kantor Pos Cikini - Toko Roti Tan Ek Tjoan - Toko Roti Maisson Benny sampai ke Planetarium. Tentunya dengan beragam kegiatan yang akan menambah wawasan, mulai dari pukul delapan pagi sampai pukul satu siang".

Hilangkan semua kata sebelum kata "menyusuri..." dan hilangkan semua kata setelah kata "...Planetarium", maka seluruh kegiatan dapat disimpulkan dengan sebuah kata "sangat membosankan, lebih membosankan dari mendengar kotbah jumat". Baiklah, itu lebih dari satu kata, tetapi Anda mengerti maksud saya.

Saya tidak merasa acik di Cikini. Saya merasa ingin harakiri di Cikini.

Saya tidak akan terlalu nyinyir dan melakukan hujatan yang berlebihan lagi kepada panitia. Bagi sebagian peserta mungkin kegiatan menyusuri jalan di Cikini ini sangat menyenangkan. Tapi bagi saya yang kebetulan punya teman yang kos di sana dan sudah beberapa kali bolak-balik Gedung Juang 45 - Taman Ismail Marzuki, sama sekali tidak ada hal baru yang saya temukan. Tetapi Palnetariumnya merupakan pengalaman pertama saya. Menyenangkan sekali tidur selama setengah jam didalamnya. Pada sisi positif, saya dimasukkan ke dalam satu grup dengan sebuah keluarga yang sangat baik. Mereka membawa 2 anak kecil yang cukup menggemaskan.



Selepas harakiri di cikini, saya memutuskan untuk mengunjungi Bear yang kos di daerah Kramat. Di kosan Bear sudah ada Acun dan Budi yang katanya ingin mencoba es krim Ragusa. Jadi kami meluncur ke Ragusa di Jl. Veteran (di sebelah Istiqlal). Bear memesan spaghetti ice cream, Acun strawberry, Budi coup de noussan, saya tuti frutti, Bear masih merasa kurang dan memesan banana split.


Acun, Budi, dan Bear di Ragusa

Sekarang jam 3.30 dan kami merasa ingin melakukan ice skating. Jadi kami (minus Budi yang harus pulang) melaju ke Mal Taman Anggrek. Ini adalah pengalaman pertama saya ice skating, dan bisa dibilang cukup sukses. Pertama saya masih takut-takut dan selalu berpegangan pada kayu di pinggir ring. Acun bilang kalau takut jatuh tidak akan pernah bisa meluncur, yang penting kaki tidak boleh kaku dan berjalan seperti biasa (tidak manjur karena saya terpeleset berkali-kali). Setelah setengah jam akhirnya saya menemukan cara saya sendiri untuk meluncur dan menjaga keseimbangan. Ternyata sangat menyenagkan walaupun gaya meluncur saya terlihat kaku.

Di sisi yang lain, Bear yang menyatakan sudah beberapa kali ice sakting ternyata masih belum bisa meluncur dan selalu terjatuh. Akhirnya Bear jatuh di tengah ring dan tidak bisa bangkit. Kejadian berikutnya adalah Acun meminta tolong orang lain untuk menyeret Bear keluar dari ring. Bayangkanlah seekor beruang seberat 125 kilogram harus diseret keluar dari ring ice skating. Saya pura-pura tidak kenal mereka.

Jam 7.30 perut kami terasa lapar dan memutuskan untuk makan di Beppu, restoran jepang yang menurut Acun terkenal dengan ramennya. Saya tidak ingat nama menu yang kami pesan tetapi kami bertiga memesan tiga porsi ramen dengan jenis yang berebda, tiga porsi teh ochi, ditambah Bear memesan satu porsi sushi . Total harga yang harus kami bayar dikurang discount dari kartu kredit Acun adalah Rp 183.000. Harga yang tidak sesuai dengan rasa, ramennya tidak enak.


Bear dan saya di Beppu



Saya mencoba berpose ala iklan Indomie

Setelah mengisi perut kami melewati gerai Point Break yang sedang ada discount. Saya membeli satu kaos Billabong putih vintage dengan gambar totem, satu kaos Quicksilver warna hijau tua polos dan satu kaos Quicksilver putih dengan tulisan "Foundations in Radness". Bear membeli satu buah dompet Billabong. Acun tidak membeli apa-apa.





Jam 9.15 kami memutuskan bahwa tubuh kami telah letih. Pulang dari Taman Anggrek menggunakan taksi. Kemudian saya diturunkan di halte busway Harmoni karena Bear dan Acun kosannya berada di daerah Senen. Jam 9.30 saya mengantri di halte busway selama 20 menit (Abaikan kenyataan bahwa selama 20 menit itu ada satu rombongan orang udik yang mengantri di belakang saya, dan ada satu perempuan yang selalu latah ketika ketika diganggu teman-temannya. Abaikan fakta bahwa suara latahan perempuan tersebut dan suara tawa teman-temannya sangat lantang dan menyebabkan polusi suara). Jam 11 saya tiba di kosan dan terkapar kecapekan.

2 komentar:

  1. Duh kesian matanya pada ditutupin. Tapi kalo gak ditutupin lebih kesian lagi ya, belum tentu mereka senang dimunculkan di web :D

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus