Minggu, 17 Januari 2010

Minggu, 17/01/2010

Kamis malam biasanya umat Islam melakukan wirid, tapi kamis malam ini adalah 31 Desember dan semua orang merayakan malam tahun baru, kecuali fans fanatik Gusdur (semoga arwah beliau diterima di sisiNya). Untunglah Pupu mendapat pinjaman mobil dari bosnya, Merci E 200, sehingga kami tidak perlu bermuram durja di rumah di saat seluruh dunia merasakan euforia pergantian tahun 2010.

Jadi kami memutuskan untuk berkeliling Jakarta. Ketika mobil kami keluar dari komplek, Satpam berdiri menyambut dan menaruh tangan di kening tanda hormat. Pupu bilang selama ini keluar masuk komplek, satpam disitu tidak pernah sehormat itu, bukti bahwa nilai seseorang dilihat dari apa yang dimilikinya. Saya teringat suatu penggalan puisi yang waktu saya SD sangat sering diputar di TPI (ketika itu TPI merupakan stasiun TV paling happening); "Dasi tanpa leher masih berharga. Tetapi leher tanpa dasi tak berharga apa-apa". Anyway, dari Depok kami ke Tangerang, dan dari Tangerang kami terdampar di tol Tanjung Priok melihat kembang api dari sana.



Hari jumat dan sabtu saya gunakan untuk memikirkan suatu masalah yang cukup pelik, saya ingin jalan-jalan dengan Pramugari (Pram). Saya ingin nonton Sherlock Holmes, tetapi bioskop di Depok belum ada yang menayangkan. Saya mengajak Pram untuk nonton di Bogor. Kata Pupu, kenapa tidak sekalian di Tangerang. Komentar Ispu, di Cikarang saja yang lebih jauh. Kepu bilang, Bogor sering hujan, siap-siap pulangnya kerokan. Saya jawab, hujan itu romantis.

Hari Minggu saya bertemu dengan Pram si stasiun Depok Baru jam 12.00. Kami ke Bogor naik KRL Ekonomi AC, tiketnya seharga Rp 5.500. Tapi ACnya mati, yang ada hanya kipas angin berputar. Setelah sampai di stasiun Bogor, kami naik angkot ke Botani Square. Waktu naik angkot kepala Pram kejedot atap, sepertinya sangat sakit. Saya ikut merasakan sakitnya.

Kemudian kami berada di 21 dan ternyata Sherlock Holmes juga tidak diputar. Kami merasa putus asa dan memutuskan untuk memilih film secara acak, Planet 51. Film Planet 51 menceritakan manusia yang terdampar di planet asing. Tidak berapa lama saya merasakan kantuk.

Tiba-tiba sudah jam 16.00 dan sekarang kami berjalan ke Kebon Raya Bogor. Sayangnya, tempatnya sudah tutup. Saya teringat kalau di tempat ini ada Kafe Dedaunan dan kata Satpam buka sampai malam, tetapi kami harus memutar masuk dari Pintu III. Jadi kami naik angkot lagi dan syukurlah kepala Pram baik-baik saja.

Masuk dari pintu III, kami berjalan kira-kira seratus meter menuju kafe melalui jalan yang kiri kanannya dipasangi obor. Kafe Dedaunan ini dikelilingi oleh pepohonan dengan lapangan hijau yang luas di depan. Anda bisa menyaksikan matahari terbenam (kalau tidak mendung) dan merasakan hembusan angin sepoi-sepoi dari pepohonan di sekitar. Kafe Dedaunan menawarkan berbagai menu tradisional dan internasional. Saya memesan Ice Chocolate dan Poffertjes, Pram memesan es kelapa muda. Bagi Anda yang suka hal-hal gratisan, saya sarankan masuk Kebon Raya Bogor dari sini. Mulai jam 17.00 masuknya gratis. Tapi kalau makan harus bayar.



Saya menulis status di twitter "@kafe dedaunan bogor dengan si pramugari", dan mendapat balasan dari @roidtaufan "@selasasore pramugarinya cowok apa cewek. aku sdg bersama waria di warung trio.warianya cewek,bukan cowok katanya." dan balasan dari @jengskaa "@selasasore sALam zaCh wAt dY.mGa2 ngEdatenYah lAntjaR." Saya bersyukur mempunyai teman yang sangat perhatian seperti mereka.

Setelah magrib saya dan Pram pulang ke Depok, naik KRL AC Ekonomi juga. Entah kenapa kali ini ACnya nyala. Walaupun kami capek berdiri di kereta, saya melihat wajah Pram tersenyum. Mungkin kami sedang beruntung. Kami juga beruntung Bogor tidak hujan sehingga tidak perlu kerokan. Saya sangat puas karena ide jalan-jalan ke Bogor tidak seburuk yang dibayangkan Pupu, Ispu, dan Kepu.

8 komentar:

  1. loh...loh...loh...koq masih ama pram? bukannya dulu pernah bilang klo gak cocok!! gmn sih bang, aq udah naruh harapan ke abang, tapi abang malah kayak gitu!!! (sesenggukan menahas tangis)
    tp aq rela bang, demi kebahagiaan abang.... gudluck ya bang, akhirnya dapet juga!!!! hahahahaha

    BalasHapus
  2. waaaaaa..... ini postingan telat sebulan deh rasanya, masa taun baruan baru dibahas tengah januari hehehehe

    btw, cafe de daunan tu sepi tapi ya? atau kebetulan pas saya kesana aja pas lagi sepi ya. tapi emang pemandangannya top notch, ada padang rumput ijo luaaas sekali dan backgroundnya gunung tinggi diliput awan (gunung salak itu ya?)

    BalasHapus
  3. hihihiiii ada aku ada aku ada akuuu..

    BalasHapus
  4. hmm.. cafe dedaunan sptnya mantabh ya sob..
    kapan2 pengen coba ah kesana.. hehe..

    BalasHapus
  5. @ cintya: mungkin kita belum jodoh. Smoga km menemukan pangerang yg km impikan.
    @ Vio: kapan ya. Km bisanya kapan sayang?
    @ arema: saya penganut paham lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali :)
    @ siska: Terus kenapa? Terus kenapa? Terus kenapa? Update blog dong cinta!!!
    @ pohon: iya cafe dedaunan ini suasananya nyaman bgt, romantis hehe... Info lengkapnya coba googling aja. Tapi mitosnya kalo pacaran di kebon raya bogor bakal putus.

    BalasHapus
  6. Adegan naik motornya mana cin, yang ada saat menegangkan itu? hoho
    Satu lagi referensi, lebih baik ke kebon raya bogor, bawa pacar yang mau diputusin....

    BalasHapus
  7. Tehan jangan bikin spoiler dong, itu di tulisan berikutnya. Tunggu aja.

    BalasHapus